Travel Journey : Aceh and Sabang



Aceh dan Sabang
Foto dan Teks Barry Kusuma

Masyarakatnya yang religius, letaknya yang berada dipesisir, pemandangan alam yang begitu menawan, serta perjalanan historis panjang yang telah dilalui, menjadikan Aceh sebagai daerah Istimewa yang mempunyai keunaikan dan kekhasan tersendiri.

Karakter masyarakat Aceh yang cenderung keras dan pemberani, seperti orang pesisir pada umumnya. Itu kesan pertama saya pada saat pertama menginjakkan kaki saya dibumi Aceh, namun lambat laun kesan tersebut akhirnya hilang setelah saya mengambil tas diruang tunggu bagasi pesawat dan Mereka menawarkan bantuan dengan ramah dan tulus. perjalanan dari Jakarta ke Aceh cukup melelahkan juga, walaupun kami menuju Aceh menggunakan pesawat terbang. Tidak banyak maskapai penerbangan mempunyai rute langsung Jakarta – Aceh, tapi harus transit terlebih dahulu dikota Medan. Dan meneruskan ke Aceh, sehingga lama perjalanan memakan waktu 4 sampai dengan 5 jam.

Konon Agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali dipantai pantai pesisir Aceh. membentang sepanjang selat malaka yang dibawa oleh para pedagang dari Arab dan persia, mereka melakukan perjalanan perdagangan menuju daerah Timur. Bumi aceh sebagai tempat singgah untuk memperbaiki kapal mereka dan juga berdagang dengan penduduk setempat. Namun seiring dengan waktu, pada akhir abad kedua barulah Islam berkembang pesat dan secara terang terangan disebarkan oleh para Ulama yang sebagian besar berasal dari Persia dan India. Dan pada tahun 225H diproklamirkanlah Kerajaan Islam Perlak, yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Asia Tenggara pada saat itu. Dengan Raja Pertamanya Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Aceh kemudian dikenal sebagai kota dan Pelabuhan Niaga yang ramai.

Banyak tempat wisata dan situs sejarah yang ingin saya kunjungi hari ini, tetapi saya juga tidak ingin berharap banyak karena kita tiba pukul 4 sore. Sepanjang perjalanan saya masih banyak melihat puing – puing bangunan Setelah Aceh dilanda Musibah Tsunami, yang telah memakan banyak korban jiwa dan memporak porandakan bangunan yang ada. Pada umumnya masyarakat aceh bermata pencaharian Nelayan dan petani, banyak rumah yang dibangun dipesisir pantai dan sekarang hampir rata dengan tanah. Akomodasi dan penginapan di Aceh banyak hotel kelas melati yang banyak terdapat dipusat kota, tarif kamarpun bervariasi dari Rp 100.000 sampai dengan Rp 200.000. namun kondisi hotel banyak yang kurang terurus dan berantakan, ini disebabkan oleh musibah Tsunami yang banyak menghancurkan hotel dan rumah, pada umumnya banyak Turis dan pendatang yang menginap lebih dari 1 hari mencari rumah penduduk untuk disewa. Tarifnya pun sangat murah, antara Rp 35.000 sampai dengan Rp 50.000,-

Kebanggaan arsitektur Masyarakat Aceh salah satunya adalah Mesjid Raya Baiturahman, mesjid ini terletak dipusat Kota Banda Aceh yang bersebelahan dengan Pasar Aceh, mesjid yang berdiri kokoh dan terawat ini masih digunakan sesuai dengan fungsinya sampai sekarang. sehingga merupakan Mesjid kebanggaan dan ikon masyarakat Aceh, Mesjid ini selamat dari musibah Tsunami meskipun sempat digenangi air setinggi 3 meter pada saat itu, namun mesjid ini sudah banyak menyelamatkan masyarakat Aceh pada musibah Tsunami tersebut. Mesjid Raya ini mempunyai Perjalanan historis yang panjang, dahulu pada tahun 1873 mesjid ini pernah dibakar pada saat Belanda menyerang wilayah ini. Namun kemarahan rakyat Aceh membuat belanda membangun kembali mesjid tersebut pada tahun 1875. mesjid ini mempunyai 5 kubah, kubah utama menjulang tinggi dan dalam interior mesjid banyak dihiasi ukiran yang unik dan menarik. Tidak salah Mesjid ini menjadi icon Masyarakat Aceh, karena keindahan arsitektur dan kokohnya bangunan mesjid ini. Didepan mesjid ada kolam air teratai yang berjarak 20 meter sampai batas gerbang utama mesjid, walaupun cuaca yang tidak mendukung. Saya tetap mengambil foto foto mesjid ini, dan pada saat cuaca bagus. Saya akan kembali untuk mengabadikan mesjid yang terindah dikota Aceh ini.

Kota Banda Aceh juga memiliki Musium Negeri yang letaknya tidak jauh dari Mesjid Raya, jaraknya hanya 3 km dan kita tempuh hanya beberapa menit saja. Didalam musium banyak terdapat tulisan budaya Aceh, tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat dan ukiran. Didalam komplek musium ini terdapat satu bangunan yang sangat mencolok, dan terlihat jelas dilihat dari jalan umum. Yaitu Rumoh Aceh, rumah adat Aceh yang berbentuk rumah panggung berpintu sempit, dan dihiasi oleh ukiran kayu yang sangat indah dan motif Aceh yang unik. Rumah adat ini terlihat sangat terawat baik, dan musiumnya pun terpelihara dengan baik. Banyak koleksi barang barang purbakala yang dimiliki oleh musium ini, diantaranya adalah Lonceng CakraDonya, lonceng ini merupakan hadiah dari Laksamana Ceng Ho pada tahun 1414. ini membuktikan, Aceh sejak dahulu merupakan kota dan Pelabuhan yang sangat ramai dikunjungi oleh pedagang yang datang dari berbagai Penjuru negara. saya jadi teringat dengan Nama Naggroe Aceh Darrusalam dalam bahasa Aceh yang berarti Negeri Aceh yang damai dan makmur. Melimpahnya alam dan hasil bumi Aceh membuat Belanda tertarik untuk berdagang dengan Aceh, lama kelamaan Belanda semakin mencengkram bumi aceh, memonopoli dan menguasai hasil bumi yang terdapat diAceh. Konon Aceh merupakan daerah yang sangat susah ditaklukan Belanda bila dibandingkan dengan daerah lain dinusantara ini.

Setelah puas berkeliling melihat sejarah dan budaya Kota Aceh, kita melanjutkan perjalanan sebuah peninggalan bersejarah lainnya. Yang luput dari Musibah Tsunami yaitu Gunongan, tempat ini terletak ditengah kota dan berada dikawasan dataran tinggi. Gunongan merupakan peninggalan bersejarah tahun 1600, bangunan ini adalah peninggalan Sultan Iskandar Muda. Dahulu Kerajaan Aceh dan kerajaan melayu atau Malaysia yang kita kenal sekarang ini sangat berkaitan erat. Gunongan ini dikelilingi oleh taman yang asri. Bangunanya berbentuk seperti bukit dan benteng kokoh, pada awalnya saya tidak mengerti dahulu bangunan ini digunakan dan berfungsi sebagai apa. Karena bentuknya yang aneh dan tidak seperti bangunan bangunan yang seperti umumnya, disebelah kanan bangunan ini terdapat musium yang berisi tentang informasi Gunongan ini. Pada tahun 1608 Sultan Iskandar Muda mempunyai istri yang sangat ia sayangi, permaisurinya bernama Putri Phang yang sangat rindu pada kampung halamannya yang dikelilingi oleh perbukitan. Sedangkan istana disini tidak banyak terdapat perbukitan, akhirnya Sultan membangun sebuah gunung buatan yang menyerupai perbukitan dikampung halamannya. Agar sang permaisuri dapat bermain diatas bukit tersebut dan lupa akan tanah airnya, ternyata Sang Permaisuri sangat senang dan bergembira akan hadiah tersebut dan selalu menghabiskan waktu dikala senja untuk menikmati matahari tenggelam diatas bukit Gunongan tersebut.

Tidak terasa hari sudah semakin sore, setelah berkeliling kota menikmati budaya dan sejarah Kota Aceh membuat kami lelah dan lapar. Kami ingin sekali mencicipi masakan tradisional khas Aceh, Dijakarta kami sering mencoba Mie Aceh. Sekarang saatnya saya mencicipi Mie Aceh Asli plus kepiting hmm perut kami makin keroncongan membayangkan nikmatnya, pusat jajanan dan masakan khas aceh berada di Pasar yang berada ditengah kota, memang pada siang hari Pasar ini menjadi pusat perdagangan yang ramai. Setelah malam pasar ini berubah menjadi pusat Makanan, salah satu ciri khas masakan Aceh adalah bumbu rempah dan rasa yang sedikit pedas dilidah. Kami mencoba Mie Aceh, Martabak, Gulai Kambing dan Sayur Pliu. Kesemua masakan yang kami pesan adalah Masakan yang sangat khas dan terkenal di Aceh. Sengaja kami memesan banyak ragam sehingga kami bisa menikmati semua, rasa Mie Aceh ternyata tidak berbeda jauh yang seperti kami rasakan dijakarta. Namun yang berbeda adalah martabak, disini Martabak berbentuk seperti telur dadar yang dicampur oleh tepung terigu. Gulai kambingnya terasa sangat lezat, aroma rempah, rasa kuah yang sedikit pedas dan gurih daging kambingnya sangat terasa. Bagi para pecinta gulai kambing jangan sampai dilewatkan, dan masakan terakhir yang kami coba adalah sayur pliu. Sayur bersantan ini mempunyai rasa yang khas, aroma rempah khas aceh dan kuah yang pedas membuat kami semakin berselera menyantap makanan dengan lauk yang lain. Memang salah satu tujuan utama kami bertamasya tidak hanya berwisata tempat yang indah dan bagus. Tapi kami juga berwisata kuliner, tidak lengkap rasanya jika kami tidak mencoba sesuatu yang khas dari daerah yang kami kunjungi.

Salah satu pantai yang kita tuju hari ini adalah pantai lhok ngaa, Pantai ini terletak ditepi barat Aceh. Lama perjalanan menuju pantai ini kurang lebih 40 menit melalui Kendaraan yang berjarak 17km dari kota Aceh. Pantai ini cukup terkenal dan merupakan tempat wisata favorite masyarakat Aceh, sayangnya sesampai kami disana. Banyak bangunan sarana dan prasarana pariwisata dipantai ini hancur akibat bencana Tsunami, dipantai lhok ngaa ini tak habis habisnya kekaguman saya melihat keindahan disetiap sudut pantai. Pantai ini begitu alami dan masih perawan, hamparan pasir yang berbatasan dengan lautan, tumbuhan hijau dan rindangnya pepohonan sebagai latar belakang pantai ini yang dikelilingi oleh bukit yang tinggi. Dipantai ini kita dapat melakukan aktivitas seperti memancing, berlayar, menyelam dan berjemur diatas pasir, tidak jauh dari Pantai ini terdapat sebuah pabrik semen Andalas. Pada saat saya kesana pabrik ini tidak beroperasi dan sedang dibangun kembali, pabrik ini rusak parah karena bencana Tsunami yang membuat pabrik ini tidak beroperasi kembali. Posisi pantai Lhook nga ini berada diteluk yang disamping kiri dan kanan pantai banyak terdapat danau danau kecil yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mencari nafkah, keindahan danau danau sekitar pantai ini menambah daya tarik Pantai, kawasan ini merupakan perpaduan paket Pariwisata yang lengkap. Selain pantai dan danau, dikawasan ini juga terdapat Lapangan Golf Seulawah Internasional. Sayangnya lapangan golf dengan latar belakang perbukitan dan panorama laut ini sudah tidak terpakai dan tidak terawat. Mungkin karena dahulu kawasan ini rawan konflik yang terjadi antara GAM dan pemerintah sehingga banyak turis enggan untuk datang kedaerah ini. Kawasan pariwisata ini hancur karena musibah Tsunami, tidak hanya penginapan dan restoran yang rusak. Tetapi banyak rumah penduduk yang musnah akibat Tsunami.

Dikawasan musibah ini, banyak bangunan yang habis rata dengan tanah. Tetapi ada kejadian yang cukup aneh buat saya, sepanjang perjalanan saya banyak melihat banyak bangunan yang hancur. Tetapi mesjid dan tempat ibadah yang berada disamping rumah penduduk tidak hancur, tetap kokoh berdiri seolah tidak terkena akan bencana Tsunami. Begitupun di daerah Pantai Lampuuk, saya melihat ada satu mesjid yang masih berdiri kokoh padahal bangunan disamping kanan dan kirinya habis tersapu oleh Tsunami. Mungkinkah ini tanda tanda kebesaran Tuhan, namun saat ini pembangunan rumah, sarana dan prasarana mulai dibangun kembali. Lembaga lembaga bantuan asing banyak membantu membangun perumahan dan gedung sekolah didaerah ini. Setelah puas kami berkeliling sepanjang kawasan ini besok kami berencana untuk pergi ke Pulau Weh, namun kita harus beristirahat dan kembali kerumah sore ini dan mempersiapkan untuk perjalanan besok.

Waktu masih menunjukkan pukul 07.00 pagi, kami sedang bersiap siap menuju pelabuhan ulee lhue karena untuk mencapai pulau weh dapat ditempuh dengan menggunakan Kapal Motor. Untuk menuju Pulau tersebut kita dapat melalui dua pelabuhan. Jika kita ingin menggunakan mobil menuju kesana kita lalui dari pelabuhan malahayati yang terdapat kapal feri, menggunakan feri dikenakan biaya sebesar Rp 300.000 dan memakan waktu perjalanan selama 4 jam lebih. Sedangkan dipelabuhan ulee lhuee kita dapat menggunakan kapal motor cepat Pulo Rondo, namun hanya penumpang yang dapat menaiki kapal motor. 1 tiket perorang sebesar Rp 50.000 dan waktu yang ditempuh sangat cepat hanya 1 jam, kami memutuskan untuk menggunakan KM Pulo Rondo karena jadwal pemberangkatan kapal adalah pukul 09.00 pagi. Dan kami sudah menyewa mobil di P Weh dengan tarif Rp 400.000 per hari.
Sepanjang perjalanan menuju pelabuhan Ulee lhuee kita menyaksikan dikanan kiri jalan banyak terdapat rumah dan bangunan yang hancur akibat tsunami, kawasan ini salah satu wilayah yang terparah terkena bencana karena jaraknya yang dekat dengan pusat kota dan berjarak 5km. Banyak pembangunan yang dibangun oleh lembaga bantuan asing, namun kawasan ini belum cukup ramai dengan penduduk. Mereka masih trauma dengan musibah Tsunami, setelah mencapai Pelabuhan Ulee lhuee kami membayar tiket untuk 4 orang. Jam pemberangkatan pukul 09.00 pagi kami masih mempunyai waktu setengah jam, sehingga kami berkeliling untuk melihat pantai Ulee Lhuee yang begitu cantiknya. Dipantai ini pada saat air sedang surut nampak karang karang dibeberapa bagian, dikejauhan terlihat panorama bukit yang asri. Dikejauhan kami melihat menara mercusuar setinggi 100 meter terlihat hancur dan hanya tersisa tiang dari mercusuar tersebut, ada pemandangan yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Disamping kiri mercusuar tersebut ada sebuah bangunan Mesjid yang tingginya hanya setengah dari mercusuar tersebut masih kokoh dan berdiri tegak, sedangkan rumah disekeliling mesjid tersebut sudah rata dengan tanah dan mercusuar yang sudah hancur. Tidak henti hentinya saya heran dengan pemandangan yang saya lihat. Pada saat itu kami diperkenankan masuk kedalam kapal, karena sebentar lagi kapal akan diberangkatkan. Saya sempat mengobrol dengan Penjaga kapal yaitu pak Dato yang kebetulan beliau selamat dari Musibah Tsunami, dia menceritakan ada tetangganya yang selamat dan saksi mata ketika bencana Tsunami datang. Dia melihat ombak yang menyapu daratan yang berasal dari laut setinggi hampir dua kali tinggi menara mercusuar didaerah tersebut, saya tidak dapat membayangkan bencana yang terjadi saat itu.

Hari itu cuaca lumayan cerah tidak seperti kemarin, tiba saatnya kami menginjakkan kaki di P Weh. Pulau yang dikenal dengan titik nol kilometer indonesia. untuk menandai didirikannya monumen oleh Pemerintah Indonesia sebagai tanda dimulainya perhitungan jarak dan luas wilayah Negara Indonesia, dari sabang sampai merauke. Tujuan pertama kita adalah Monumen nol kilometer, kita sangat ingin kesana untuk menjejakkan kaki di nol kilometer Indonesia. Lama perjalanan menuju monumen selama satu setengah jam, jalan yang mendaki di sabang mulus dan besar, yang menambah nyamannya perjalanan kami. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan dan panorama bukit yang sangat indah, jalan yang berkelok kami melihat bukit dan lautan biru yang dihiasi oleh pulau pulau. Sesampai kami dikaki bukit monumen nol kilometer ini dijaga oleh pos penjagaan. Untuk menuju atas bukit terdapat hanya satu jalan yang cukup untuk 1 mobil, memang kita memutar bukit setelah kita keluar dengan jalan yang berbeda. Sehingga tidak ada mobil yang berlawanan arah dengan kami, setelah kami membayar tiket Rp 2000 per orangnya kita melanjutkan perjalanan keatas bukit. Jalanan ini sangat sempit dengan kanan dan kiri jalan adalah semak belukar, laju kendaraaan tidak dapat melaju dengan cepat. Karena kami sangat berhati hati melalui jalan yang sempit ini, untungnya tidak ada pohon yang tumbang sepanjang perjalanan kami. Ditengah perjalanan kami dihadang oleh segerombolan Kera, rupanya kera kera tersebut sudah terbiasa dengan kehadiran manusia. Banyak turis yang menuju ketempat ini, dan mereka meminta makanan disepanjang jalan sayangnya saat itu kami tidak membawa makanan kecil.

Akhirnya kami sampai di monumen nol kilometer, diatas bukit saya dapat melihat hamparan luas samudera dan pulau sabang dari kejauhan. Kami sempat mengabadikan momen di monumen nol kilometer ini, selanjutnya kita menuruni bukit dan menuju pantai yang tercantik di pulau sabang ini. Yaitu pantai iboih dan gapang, sesampai disana hamparan pasir putih menyilaukan mata. Pantai ini memiliki butiran pasir lembut, perairan yang dipenuhi terumbu karang beraneka warna, serta ikan ikan yang cantik berseliweran. Banyak turis dari mancanegara yang mengunjungi pantai ini, umumnya mereka datang khusus kesini untuk menyelam dan surfing. Ingin rasanya kami berkeliling pantai untuk menikmati keindahan alam Pulau sabang, banyak perahu yang disewakan khusus untuk berkeliling ditengah lauit dan kita dapat menyaksikan keindahan bawah laut. Kami menyewa perahu yang memiliki kaca ditengah yang berfungsi untuk melilhat keindahan bawah laut dengan jelas. Selama satu jam kami menyewa dengan biaya Rp 80.000, sepanjang perjalanan menuju ketengah lauh kita menyaksikan banyaknya ikan dan terumbu karang. Hampir seluruh dasar lautnya dipenuhi terumbu karang berwarna warni, beserta aneka ragam ikan dan satwa laut yang juga kaya akan warna. Sangat bersih dan bening, diarea yang dangkat terlihat jelas semburat rumput laut berwarna hijau terlihat dikemilau biru samudera. P sabang merupakan tujuan utama para wisatawan asing, mereka khusus datang ke pulau sabang untuk menikmati alam dan keindahan bawah lautnya. Konon keindahan bawah laut di pulau ini merupakan salah satu yang terindah di wilayah Indonesia, dan paling banyak dicari oleh wisatawan asing. Sayangnya saat ini wisatawan asing tidak banyak yang mengunjungi pulau sabang, karena lamanya pemberlakuan darurat militer yang membuat mereka enggan kepulau sabang.

Fasilitas dipantai iboih ini sangat lengkap, adanya hotel baik mewah maupun sederhana ada disana, restoran yang bersih dan lengkap, fasilitas tempat ibadah dan banyak lainnya. Membuat pariwisata berkembang dipantai ini, kami sempat makan dan beristirahat sejenak dipantai ini. Kami tidak punya banyak waktu dipulau sabang ini, karena kita tidak berencana untuk menginap dipulau ini. KM pulo rondo akan balik ke banda aceh pada pukul 05.00 sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 lama perjalanan kembali ke pelabuhan memakan waktu kurang lebih satu jam, perjalanan selanjutnya kami menuju kota sabang. Sepanjang perjalanan banyak kita lihat mobil mewah berseliweran, kami menuju tempat penjualan mobil bekas. Dan salah satu keunikan dari pulau sabang ini adalah banyaknya mobil mobil mewah yang dijual sangat murah disini, karena kawasan ini diberlakukan daerah bebas pajak. Sehingga mobil mewah seperti BMW, Mercy, dan mobil eropa lainnya dijual dengan setengah harga pasaran yang ada dijakarta. Tetapi jangan sekali kali anda membawa mobil ini keluar dari pulau sabang, karena akan dikenai pajak barang mewah yang 100% dari harga mobilnya sendiri.

Pulau sabang biarpun terkena bencana tsunami, tetapi bangunan dan wilayah yang terkena tidak banyak yang hancur. Satu satunya daerah di Aceh yang tidak ada kerusakan parah disini, ini dikarenakan disekitar pulau weh terdapat dua palung yang cukup dalam. Sehingga gelombang ombak tsunami tertahan dikedua palung tersebut, korban jiwa dari korban tsunami hanya 11 orang dan beberapa ratus bangunan hancur.
Kami akhirnya sampai dipelabuhan balohan, setelah membeli tiket dengan harga yang sama seperti kami membelinya diaceh. Ingin sekali rasanya kita lebih lama tinggal disini menikmati kenindahan alam Aceh dan sabang, setelah beberapa hari menikmati ingin rasanya kembali lagi suatu saat nanti. semoga keamanan dan kedamaian dibumi Aceh semakin membaik, Agar keindahan dan panorama dapat dinikmati oleh kita bersama.

Artikel & Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma