Berwisata ke Buleleng dan Singaraja. #IndonesiaOnly


Tidak seperti Kuta, Seminyak ataupun Legian. Singaraja jauh dari pusat kota dan hingar bingar pariwisata Pulau Bali. Oleh karenanya, inilah tempat yang tepat untuk menggapai suasana tentram. Wisatawan yang hanya beberapa hari berlibur di Bali tidak akan menjangkaunya, kecuali jika mereka ingin merasakan kecantikan Pantai Lovina di kawasan ini yang menawarkan keindahan nan memukau.

Bali menjadi pilihan saya ketika Google Plus Indonesia menawarkan untuk liburan, kenapa mesti Bali sih..kebetulan saya ingin berliburan bersama keluarga dan anak (emang Travel Photographer ga butuh liburan juga ya, biarpun kerjaannya Traveling terus hehe). Biasanya kalau saya disuruh memilih untuk mengunjungi tempat yang berbeda setiap kali trip, namun pada #IndonesiaOnly project yang merupakan kolaborasi dari Google+ dan Kementrian Pariwisata saya memilih Bali, karena Bali menurut saya merupakan paket lengkap pariwisata di Indonesia. terlebih untuk anak kecil dan akomodasi yang lengkap, yah Bali adalah permulaan untuk Start Traveling keliling Indonesia lah..
Saya memilih untuk ke Singaraja yang merupakan ibukota dari Kabupaten Buleleng, daerah utara Bali yang memiliki topografi berbukit serta beberapa gunung berapi dan gunung mati. Di sini pun terdapat danau dan pantai sehingga Kabupaten Buleleng menyediakan wisata alam yang lengkap.

Belanda pernah menetapkan Singaraja sebagai ibukota Kepulauan Sunda Kecil pada 1846, sempat juga dijadikan pusat Kerajaan Buleleng pada abad ke-17 dan ke-18 oleh Raja Buleleng yakni I Gusti Ngurah Panji Sakti. Ia berpikir untuk membuat istana ditempat yang strategis, kemudian dipilihlah Kota Singaraja. Nama Singaraja sendiri diambil dari sebutan untuk istana tersebut. Dinamai Singaraja karena konon sang raja memiliki keperwiraan layaknya singa. Ada juga yang berpendapat bahwa arti dari Singaraja adalah persinggahan raja. Istana dibangun pada 30 Maret 1604 dan tanggal tersebut diabadikan sebagai hari lahir Kota Singaraja.

Sebelumnya, kota ini adalah pintu masuk Bali dan pernah disinggahi oleh kapal-kapal China yang jejaknya masih bisa dilihat pada bangunan-bangunan peninggalan bersejarah, salah satunya tempat ibadah Klenteng Ling Gwan Kiong yang dibangun pada 1837. Sementara warisan arsitektur Belanda dapat ditelusuri dari bangunan yang kini dijadikan kantor, sekolah, rumah tinggal dan gereja di Singaraja. Anda dapat menemuinya disekitar lingkungan Sukasada, Liligundi, Jalan Ngurah Rai, Jalan Gajah Mada, Pelabuhan Buleleng, Jalan Surapati dan masih banyak lagi.



Singaraja merupakan kota pusat pendidikan dengan dua universitas, juga kota kuliner yang setiap sudutnya menyajikan warung-warung dan restoran dengan makanan khas yang lezat. Selain itu, bersiaplah untuk menemui penduduk Singaraja yang ramah. Pantai disekitar Buleleng menjadi pesona utama dari Singaraja dan Kabupaten Buleleng, ada atraksi melihat lumba-lumba sambil menikmati Matahari terbit. Alam bawah lautnya pun menarik untuk diselami.


Jarak dari Denpasar ke Singaraja sekira 79 kilometer dan bisa memakan waktu 2,5 hingga 3 jam. Meskipun relatif jauh, Anda tidak akan bosan diperjalanan karena melewati lembah, gunung, dan danau, juga kawasan Bedugul yang berkabut. Sepanjang perjalanan, bisa Anda cermati bahwa rumah-rumah penduduk di Singaraja jarang yang dilengkapi dengan pura, atmosfer Bali di sini memang tidak sekental di Kuta ataupun Seminyak. Ini dikarenakan kota tersebut banyak disinggahi pedagang dan menyerap budaya lain.


Sudah banyak jasa travel yang membantu Anda meraih Kota Singaraja, diantaranya Penjor Travel dengan rute Banyuwangi-Singaraja dan Xtrans dengan rute Kuta-Singaraja, biayanya sekira Rp80 ribu per orang. Jika memilih menggunakan taksi dari Bandara I Gusti Ngurah Rai, Anda bisa dikenakan tarif hingga Rp700 ribu.

Terima kasih Google + Indonesia yang sudah mensupport Travelers dan kita terutama untuk terus mengeksplore keindahan alam dan budaya Indonesia.

Ombak Bono The Legend Of Seven Ghosts.

Indonesia punya banyak keindahan dan keunikan alam yang menawan, Salah satu keunikan alam Indonesia adalah Ombak Bono di sungai pedalaman Riau. Ombak Bono ini terletak di Sungai Kampar Riau dan merupakan fenomena alam akibat pertemuan arus sungai ke laut & arus laut yg masuk kesungai, surfing di Sungai Kampar ini bagi para pesurfer sangat menantang, dan sebagian besar pesurfer yang saya tanya. berselancar di Sungai Bono ini merupakan destinasi impian para pesurfer, menurut mereka fenomena alam ini hanya ada di Brazil dan di Indonesia. dan untuk bisa berselancar juga harus menunggu bulan purnama penuh, sehingga tidak sewaktu waktu mereka bisa menikmati ombak bono.
Kampar adalah sebuah sungai panjang yang turun dari pegunungan Bukit Barisan yang membentuk dari Pulau Sumatera sepanjang pantai barat. Sungai ini melewati provinsi Riau, akhirnya menuangkan di Selat Malaka, di pantai timur Sumatera. Seiring saja panjang yang dvides sungai itu sendiri menjadi dua cabang besar yang dikenal sebagai Kampar Kanan (cabang kanan Kampar) dan Kampar Kiri (cabang kiri). Mereka kemudian berkumpul di Langgar di Kabupaten Pelalawan di muara Kampar itu. Di sini mereka bergabung dengan banyak sungai lain yang menyebabkan Kampar menyalurkan keluar ke muara sungai yang lebar. Pada setiap pasang, gelombang tinggi dari laut mengalir masuk dan bertemu arus hilir dari Kampar. Dimana dua energi yang berlawanan bertemu yang membuat ombak bono terjadi.
berselancar di pantai sudah biasa, Tetapi berselancar di sungai Bono Riau itu baru luar biasa. itulah yang diungkapkan oleh banyak pesurfer yang sudah mencoba ombak bono. sensasi surfing disini karena lama surfing di Ombak Bono bisa 40 menit lebih. dan yang menantang karena dihulu sungai inilah banyak buaya muara yang besarnya sampai 3 meter, selain buaya juga banyak ular piton dan ular lain yang tidak berbisa ditemui disini. seringkali pesurfer menjumpai buaya di muara sungai ini, tetapi biasanya mereka akan sembunyi di anak sungai ketika ombak Bono datang.
Sungai Bono dikenal oleh para pesurfer Internasional dengan sebutan The 7 Ghost, karena Bono punya 7 ombak yg berlapis lapis. ketika saya menaiki Boat Karet & menerjang ombak Bono, ya saya jelas melihat ketujuh ombak tersebut..ya hanya melihat tapi tidak sempat memotre. foto2 yang saya ambil barusan di Bono itu memakai speedboat karet, selain dapat foto bagus naik speed itu sangat memacu adrenalin. memacu adrenalin karena boat karet yg saya naiki itu khusus untuk para surfer yang jatuh & didrop lagi kedepan, dan menerjang ombak yg berlapis lapis..

dan Ombak di Bono ini hanya sekali & tidak berkali2 seperti dilaut, pesurfer bisa menikmati ombak selama 40menit lebih. Bono terbesar biasanya terjadi ketika musim penghujan dimana debit air Sungai Kampar cukup besar yaitu sekitar bulan November dan Desember. memang berselancar di Sungai berbeda dibanding surfing dilaut karena karakter ombaknya sedikit berbeda, dan dibutuhkan stamina yang cukup kuat karena bermain ombak selama lebih dari 40 menit.
Untuk berselancar di Sungai Kampar yang terbaik adalah menggunakan sebuah operator yang berpengalaman atau orang yang mengetahui kondisi lokal, buat yang ingin menuju ke teluk Meranti tempat Ombak Bono terjadi biasanya harus melewati Pekanbaru melalui jalan darat selama 5 sampai dengan 6 jam, atau kalau jalan sedang longsor anda bisa menggunakan transportasi sungai dengan ikut speedboat selama 4 jam. selain menonton Surfing anda disini dapat menemukan sejumlah wisata di sekitar desa dan sekitarnya. Kegiatan lain yang menyenangkan untuk dilakukan ketika Anda tidak berselancar adalah menyewa sepeda motor dan menjelajahi pedesaan untuk menonton kegiatan desa.

Artikel & Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

"Traveling Indonesia is like a box of chocolates, you never know what you're gonna get”

Kepulauan Anambas, Kepulauan Tropis Terindah di Asia.


Di antara barisan pantai di Tarempa, Pantai Tanjung Momong adalah satu di antaranya yang sangat direkomendasikan untuk Anda kunjungi. Berada di sebuah tanjung, pantai ini menawarkan panorama super, perpaduan antara air laut yang jernih, hamparan pasir yang putih serta terumbu karang yang alami.

Dibanding pantai di sebelahnya, Pantai Pasir Manang, garis pantai ini jauh lebih panjang, berkisar satu kilo meter. So, kalau bertandang ke sini, Anda bisa puas mengeksplorasi setiap sudut-sudutnya. Mau yang sisi kirinya yang banyak disandari tumpukan batu atau di bagian tengah yang ramai ditumbuhi pohon kelapa. Atau silakan saja jajaki sisi paling kanan yang juga bertabur bebatuan berbagai ukuran dan bentuk.


Tapi sebaiknya, kalau ke pantai ini, sisiri dulu bagian tengah yaitu di sebuah dermaga yang oleh penduduk setempat dinamai Pelabuhan SMAN 1 Siantan lantaran lokasinya memang persis di samping sebuah sekolah terkenal di Tarempa itu. Dari atas dermaga ini Anda sudah bisa menikmati keindahan bahari pantai ini berupa air laut jernih yang di dasarnya banyak ditumbuhi terumbu karang. Aneka fauna laut seperti ikan karang yang warna warni, jadi bonus tersendiri sebab dengan mudah dilihat dengan mata telanjang.

Di lokasi sekitaran dermaga inilah, kalau Anda berkunjung ke sini, kerap melihat sekelompok anak muda yang mandi, berenang sembari bersnorkeling. Airnya memang jernih dan tidak dalam. Hampir semua sudut, memiliki terumbu karang yang terjaga kealamiannya.

Puas di sana, bergeserlah ke arah Selatan menyusur pinggiran pantai. Tak jauh dari sana, Anda akan temukan beberapa gazebo terbuat dari bambu yang letaknya menjorok ke tengah laut. Di sisi ujungnya, berdiri kokoh sebuah rumah tembok yang di bagian atasnya terdapat area terbuka yang juga menyerupai gazebo.

Dari puncak rumah yang ternyata adalah sebuah ruang karaoke keluarga itu, Anda bisa leluasa melihat view laut di Tanjung Momong yang memesona. Lautnya biru bergradasi hijau. Sekali waktu terlihat kapal-kapal kecil nelayan yang tengah hilir mudik membawa hasil tangkapan. Sementara di sisi agak ke arah Selatan, terlihat jelas Pantai Pasir Manang yang berhias pepohon kelapa yang daunnya melambai-lambai kala ditiup angin.

Keindahan pantai ini tak sampai di situ, tepat di samping gazebo yang berdiri di atas air itu, Anda akan disuguhi lagi satu pemandangan yang agaknya sulit ditemukan di tempat lain. Di situ berdiri sebuah tumpukan batu besar bertinggi tidak kurang dari 30 meter yang di atasnya tumbuh subur sebatang pohon berukuran besar lagi tinggi menjulang. Unik.

Untuk menikmati pantai ini, Anda bisa mendatangi kapan saja. Bisa pagi, tengah atapun saat menjelang senja. Tapi yang pasti, kalau hendak berlama-lama di sini, Anda tak perlu khawatir sebab di sini tersedia sebuah café yang menjual aneka makanan dan minuman. Menyantapnya juga di tempat yang nyaman, yakni di gazebo-gazebo bambu yang memang disediakan pengelola kafe untuk para pengunjung.

Jangan lupa, sebelum bertolak, persiapkan segala sesuatunya seperti perlengkapan snorkeling, bagi Anda yang suka melihat flora dan fauna bawah laut, kamera lengkap berserta aksesorisnya kalau Anda hoby fotografi. Kalau hendak menginap dengan cara berkemah, siapkan juga tenda dan perlengkapannya, termasuk perbekalan yang cukup agar acara ber-camping-ria Anda di sana berjalan lancar dan nyaman.


Menuju ke Sana.

Cara terbaik mengunjungi pantai ini adalah dengan naik sepeda motor, meski via laut pun sebenarnya bisa juga Anda lakukan. Waktu tempuh dari kawasan kota ke lokasi pantai berkisar 15 menit. Kalau hendak ke sana, Anda harus melintasi jalan semen berlebar dua meteran yang ada di sepanjang pinggir pantai. Cukup nyaman tetapi Anda harus ekstra hati-hati sebab jalannya cukup berliku dan berkelok-kelok.

Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

"Traveling Indonesia is like a box of chocolates, you never know what you're gonna get”