Makepung Balinese Grand Prix, Bali Indonesia.


Makepung, Grand Prix-nya Orang Bali

Foto dan Teks oleh Barry Kusuma

Kalau Madura punya Kerapan Sapi, maka Bali memiliki Makepung. Dua tradisi yang serupa tapi tak sama, namun menjadi tontonan unik yang segar sekaligus menghibur.

Makepung yang dalam bahasa Indonesia berarti berkejar-kejaran, adalah tradisi berupa lomba pacu kerbau yang telah lama melekat pada masyarakat Bali, khususnya di Kabupaten Jembrana. Tradisi ini awalnya hanyalah permainan para petani yang dilakukan di sela-sela kegiatan membajak sawah di musim panen. Kala itu, mereka saling beradu cepat dengan memacu kerbau yang dikaitkan pada sebuah gerobak dan dikendalikan oleh seorang joki.

Makin lama, kegiatan yang semula iseng itu pun berkembang dan makin diminati banyak kalangan. Kini, Makepung telah menjadi salah satu atraksi budaya yang paling menarik dan banyak ditonton oleh wisatawan termasuk para turis asing. Tak hanya itu, lomba pacu kerbau inipun telah menjadi agenda tahunan wisata di Bali dan dikelola secara profesional.

Sekarang ini, Makepung tidak hanya diikuti oleh kalangan petani saja. Para pegawai dan pengusaha dari kota pun banyak yang menjadi peserta maupun supporter. Apalagi, dalam sebuah pertarungan besar, Gubernur Cup misalnya, peserta Makepung yang hadir bisa mencapai sekitar 300 pasang kerbau atau bahkan lebih. Suasana pun menjadi sangat meriah dengan hadirnya para pemusik jegog (gamelan khas Bali yang terbuat dari bambu) untuk menyemarakkan suasana lomba.

Ketika mulai dilombakan pada tahun 1970-an, aturan dan kelengkapan dalam Makepung ikut mengalami beberapa perubahan. Misalnya, kerbau yang tadinya hanya seekor, sekarang menjadi sepasang. Kemudian, cikar atau gerobak untuk joki yang dulunya berukuran besar, kini diganti dengan yang lebih kecil. Kerbau peserta Makepung, sekarang juga lebih ‘modis’ dengan adanya berbagai macam hiasan berupa mahkota yang dipasang di kepala kerbau dan bendera hijau atau merah di masing-masing cikar. Sementara, arena Makepung berupa track tanah berbentuk ‘U’, sepanjang 1 - 2 km.

Berbeda dengan Kerapan Sapi Madura ataupun event yang bersifat race lainnya, Makepung mempunyai aturan yang sedikit unik. Pemenang lomba ini bukan hanya ditentukan dari siapa atau pasangan kerbau mana yang berhasil mencapai garis finish pertama kali saja, akan tetapi ditentukan juga dari jarak antar peserta yang sedang bertanding. Artinya, seorang peserta akan dianggap sebagai pemenang bila ia menjadi yang terdepan saat mencapai finish dan mampu menjaga jarak dengan peserta di belakangnya, sejauh 10 m.

Namun, bila pasangan kerbau yang berada di belakang bisa mempersempit jarak dengan peserta di depannya, menjadi kurang dari 10 m, maka pasangan kerbau yang di belakang itulah yang akan keluar sebagai pemenang. Perlombaan diselesaikan dalam hitungan delapan sampai sepuluh menit dalam setiap race-nya.

Penggemar dan peserta Makepung di Jembrana terbagi menjadi dua kelompok yang dikenal dengan nama Blok Barat dan Blok Timur. Pembagian blok ini berdasarkan aliran Sungai Ijo Gading yang membelah ibukota Kabupaten Jembrana. Kedua blok akan bertemu dalam perlombaan resmi setiap dua minggu sekali. Dan, masing-masing blok mempunyai sirkuit sendiri yang kerap digunakan sebagai lokasi berlatih ataupun lomba yang bersifat resmi.

Hal unik yang membuat Makepung menjadi sebuah tontonan yang seru dan menarik, adalah ekspresi seorang joki yang berada di atas cikar dan sedang memberi semangat pada kedua kerbaunya dengan meneriakkan yel-yel daerahnya masing-masing. Sang joki memecut kerbau dengan sebuah tongkat selama berpacu di atas track selebar 2 m ini untuk bisa mencapai kecepatan maksimal. Beberapa joki juga menggunakan tongkat khusus di mana terdapat paku-paku kecil yang menempel pada tongkat tersebut. Maka, tak mengherankan bila kerbau yang digunakan berdarah-darah setelah mengikuti lomba ini.

Yang menambah serunya Makepung, dalam setiap lomba hampir selalu ada joki yang gagal mengendalikan kerbaunya. Hal ini kerap terjadi saat ada peserta yang akan menyalip peserta lainnya. Dan, saat kerbau lepas kendali, ia pun akan keluar lintasan dan akhirnya terperosok ke petakan sawah ataupun terbalik. Penonton pun bersorak-sorai…

Photo & Text by Barry Kusuma

Add FB : http://www.facebook.com/barrykusuma

Add Twitter : @barrykusuma

Tabuik Sumatera Barat

Tabuik
Foto dan teks oleh Barry Kusuma

Peristiwa pembantaian Hussain, cucu Nabi Muhammad di Padang Karbala, oleh pasukan Yazid bin Muawiyah dari dinasti Ummayah, menorehkan guratan sejarah yang mendalam bagi umat muslim di dunia. Di Pariaman, Sumatera Barat, peristiwa ini diperingati dengan melaksanakan sebuah upacara, Tabuik.

Berasal dari kata ‘tabut’, dari bahasa Arab yang berarti mengarak, upacara Tabuik merupakan sebuah tradisi masyarakat di pantai barat, Sumatera Barat, yang diselenggarakan secara turun menurun. Upacara ini digelar di hari Asura yang jatuh pada tanggal 10 Muharram, dalam kalender Islam.


Simbol Rasa Duka

Konon, Tabuik dibawa oleh penganut Syiah dari timur tengah ke Pariaman, sebagai peringatan perang Karbala. Upacara ini juga sebagai simbol dan bentuk ekspresi rasa duka yang mendalam dan rasa hormat umat Islam di Pariaman terhadap cucu Nabi Muhammad SAW itu. Karena kemeriahan dan keunikan dalam setiap pagelarannya, Pemda setempat pun kemudian memasukkan upacara Tabuik dalam agenda wisata Sumatera Barat dan digelar setiap tahun.

Dua minggu menjelang pelaksan

aan upacara Tabuik, warga Pariaman sudah sibuk melakukan berbagai persiapan. Mereka membuat serta aneka penganan, kue-kue khas dan Tabuik. Dalam masa ini, ada pula warga yang menjalankan ritual khusus, yakni puasa.

Selain sebagai nama upacara, Tabuik juga disematkan untuk nama benda yang menjadi komponen penting dalam ritual ini. Tabuik berjumlah dua buah dan terbuat dari bambu serta kayu. Bentuknya berupa binatang berbadan kuda, berkepala manusia, yang tegap dan bersayap. Oleh umat

Islam, binatang ini disebut Buraq dan dianggap sebagai binatang gaib. Di punggung Tabuik, dibuat sebuah tonggak setinggi sekitar 15 m. Tabuik kemudian dihiasi dengan warna merah dan warna lainnya dan akan di arak nantinya.

Pada hari yang telah ditentukan, sejak pukul 06.00, keramaian sudah terasa di seantero Kota Pariaman. Seluruh peserta dan kelengkapan upacara bersiap di alun-alun kota. Para warga lainnya berkerumun di tepi jalan untuk menyaksikan jalannya kirab Tabuik. Tak hanya warga biasa, para pejabat pemerintahan pun turut hadir dalam pelaksanaan upacara paling kolosal di Sumatera Barat ini.

Tepat pada waktunya, Tabuik mulai diangkat dan karnaval pun dimulai. Satu Tabuik diangkat oleh para pemikul yang jumlahnya mencapai 40 orang. Di belakang Tabuik, rombongan orang berbusana tradisional yang membawa alat mu

sik perkusi berupa aneka gendang, turut mengisi barisan. Selama arak-arakan berlangsung, seluruh peserta karnaval meneriakkan, “Hayya Hussain… Hayya Hussain!!!” sebagai ungkapan hormat kepada cucu Nabi Muhammad SAW tersebut. Sesekali, arak-arakan berhenti dan puluhan orang yang memainkan silat khas Minang mulai beraksi sambil diiringi tetabuhan.

Saat matahari terbenam, arak-arakan pun berakhir. Kedua Tabuik dibawa ke pantai dan selanjutnya dilarung ke laut. Hal ini dilakukan karena ada kepercayaan bahwa dibuangnya Tabuik ini ke laut, dapat membuang sial. Di samping itu, momen ini juga dipercaya sebagai waktunya Buraq terbang ke langit, dengan membawa segala jenis arakannya.


Bila dibandingkan dengan upacara Tabuik yang digelar sepuluh tahun lalu, upacara Tabuik yang ada sekarang memang berbeda. Kala itu, Tabuik dibuat oleh dua kelompok warga dari kubu yang berbeda dan kemudian diadu satu sama lain. Dalam prosesnya, tak jarang diikuti pula dengan baku hantam para warga dari kedua kubu tersebut.

Atraksi Budaya Unik

Kini, unsur kekerasan yang tadinya terdapat pada Tabuik itu telah dihilangkan. Upacara ini lebih diarahkan kepada sebuah atraksi budaya yang menarik dan dapat dikonsumsi oleh para wisatawan. Selain menyaksikan prosesi upacara Tabuik, para wisatawan dapat berkeliling di pasar tradisional dan bazaar yang digelar seiring dengan perayaan ini. Nikmati juga salaluk dan rakik maco, makanan khas Pariaman yang banyak dijajakan di pinggir pantai. Sayangnya, sampai kini, pelaksanaan upacara Tabuik belum digarap secara maksimal. Masih ada sejumlah kendala yang muncul dalam pelaksanaannya, terutama dalam hal pendanaan.

Perayaan Tabuik tahun ini yang jatuh pada bulan Februari lalu misalnya. Acara ini nyaris gagal dilaksanakan. Pemda setempat bahkan sempat mengumumkan lewat media massa rencana pembatalan tersebut. Namun, berkat kesungguhan warga Pariaman untuk menggelar acara ini, Tabuik pun akhirnya dapat digelar dan dapat dinikmati oleh seluruh pengunjung.

Photo & Text by Barry Kusuma

Add FB : http://www.facebook.com/barrykusuma

Add Twitter : @barrykusuma

Travel Journey : Aceh and Sabang



Aceh dan Sabang
Foto dan Teks Barry Kusuma

Masyarakatnya yang religius, letaknya yang berada dipesisir, pemandangan alam yang begitu menawan, serta perjalanan historis panjang yang telah dilalui, menjadikan Aceh sebagai daerah Istimewa yang mempunyai keunaikan dan kekhasan tersendiri.

Karakter masyarakat Aceh yang cenderung keras dan pemberani, seperti orang pesisir pada umumnya. Itu kesan pertama saya pada saat pertama menginjakkan kaki saya dibumi Aceh, namun lambat laun kesan tersebut akhirnya hilang setelah saya mengambil tas diruang tunggu bagasi pesawat dan Mereka menawarkan bantuan dengan ramah dan tulus. perjalanan dari Jakarta ke Aceh cukup melelahkan juga, walaupun kami menuju Aceh menggunakan pesawat terbang. Tidak banyak maskapai penerbangan mempunyai rute langsung Jakarta – Aceh, tapi harus transit terlebih dahulu dikota Medan. Dan meneruskan ke Aceh, sehingga lama perjalanan memakan waktu 4 sampai dengan 5 jam.

Konon Agama Islam masuk ke Indonesia pertama kali dipantai pantai pesisir Aceh. membentang sepanjang selat malaka yang dibawa oleh para pedagang dari Arab dan persia, mereka melakukan perjalanan perdagangan menuju daerah Timur. Bumi aceh sebagai tempat singgah untuk memperbaiki kapal mereka dan juga berdagang dengan penduduk setempat. Namun seiring dengan waktu, pada akhir abad kedua barulah Islam berkembang pesat dan secara terang terangan disebarkan oleh para Ulama yang sebagian besar berasal dari Persia dan India. Dan pada tahun 225H diproklamirkanlah Kerajaan Islam Perlak, yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Asia Tenggara pada saat itu. Dengan Raja Pertamanya Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah. Aceh kemudian dikenal sebagai kota dan Pelabuhan Niaga yang ramai.

Banyak tempat wisata dan situs sejarah yang ingin saya kunjungi hari ini, tetapi saya juga tidak ingin berharap banyak karena kita tiba pukul 4 sore. Sepanjang perjalanan saya masih banyak melihat puing – puing bangunan Setelah Aceh dilanda Musibah Tsunami, yang telah memakan banyak korban jiwa dan memporak porandakan bangunan yang ada. Pada umumnya masyarakat aceh bermata pencaharian Nelayan dan petani, banyak rumah yang dibangun dipesisir pantai dan sekarang hampir rata dengan tanah. Akomodasi dan penginapan di Aceh banyak hotel kelas melati yang banyak terdapat dipusat kota, tarif kamarpun bervariasi dari Rp 100.000 sampai dengan Rp 200.000. namun kondisi hotel banyak yang kurang terurus dan berantakan, ini disebabkan oleh musibah Tsunami yang banyak menghancurkan hotel dan rumah, pada umumnya banyak Turis dan pendatang yang menginap lebih dari 1 hari mencari rumah penduduk untuk disewa. Tarifnya pun sangat murah, antara Rp 35.000 sampai dengan Rp 50.000,-

Kebanggaan arsitektur Masyarakat Aceh salah satunya adalah Mesjid Raya Baiturahman, mesjid ini terletak dipusat Kota Banda Aceh yang bersebelahan dengan Pasar Aceh, mesjid yang berdiri kokoh dan terawat ini masih digunakan sesuai dengan fungsinya sampai sekarang. sehingga merupakan Mesjid kebanggaan dan ikon masyarakat Aceh, Mesjid ini selamat dari musibah Tsunami meskipun sempat digenangi air setinggi 3 meter pada saat itu, namun mesjid ini sudah banyak menyelamatkan masyarakat Aceh pada musibah Tsunami tersebut. Mesjid Raya ini mempunyai Perjalanan historis yang panjang, dahulu pada tahun 1873 mesjid ini pernah dibakar pada saat Belanda menyerang wilayah ini. Namun kemarahan rakyat Aceh membuat belanda membangun kembali mesjid tersebut pada tahun 1875. mesjid ini mempunyai 5 kubah, kubah utama menjulang tinggi dan dalam interior mesjid banyak dihiasi ukiran yang unik dan menarik. Tidak salah Mesjid ini menjadi icon Masyarakat Aceh, karena keindahan arsitektur dan kokohnya bangunan mesjid ini. Didepan mesjid ada kolam air teratai yang berjarak 20 meter sampai batas gerbang utama mesjid, walaupun cuaca yang tidak mendukung. Saya tetap mengambil foto foto mesjid ini, dan pada saat cuaca bagus. Saya akan kembali untuk mengabadikan mesjid yang terindah dikota Aceh ini.

Kota Banda Aceh juga memiliki Musium Negeri yang letaknya tidak jauh dari Mesjid Raya, jaraknya hanya 3 km dan kita tempuh hanya beberapa menit saja. Didalam musium banyak terdapat tulisan budaya Aceh, tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat dan ukiran. Didalam komplek musium ini terdapat satu bangunan yang sangat mencolok, dan terlihat jelas dilihat dari jalan umum. Yaitu Rumoh Aceh, rumah adat Aceh yang berbentuk rumah panggung berpintu sempit, dan dihiasi oleh ukiran kayu yang sangat indah dan motif Aceh yang unik. Rumah adat ini terlihat sangat terawat baik, dan musiumnya pun terpelihara dengan baik. Banyak koleksi barang barang purbakala yang dimiliki oleh musium ini, diantaranya adalah Lonceng CakraDonya, lonceng ini merupakan hadiah dari Laksamana Ceng Ho pada tahun 1414. ini membuktikan, Aceh sejak dahulu merupakan kota dan Pelabuhan yang sangat ramai dikunjungi oleh pedagang yang datang dari berbagai Penjuru negara. saya jadi teringat dengan Nama Naggroe Aceh Darrusalam dalam bahasa Aceh yang berarti Negeri Aceh yang damai dan makmur. Melimpahnya alam dan hasil bumi Aceh membuat Belanda tertarik untuk berdagang dengan Aceh, lama kelamaan Belanda semakin mencengkram bumi aceh, memonopoli dan menguasai hasil bumi yang terdapat diAceh. Konon Aceh merupakan daerah yang sangat susah ditaklukan Belanda bila dibandingkan dengan daerah lain dinusantara ini.

Setelah puas berkeliling melihat sejarah dan budaya Kota Aceh, kita melanjutkan perjalanan sebuah peninggalan bersejarah lainnya. Yang luput dari Musibah Tsunami yaitu Gunongan, tempat ini terletak ditengah kota dan berada dikawasan dataran tinggi. Gunongan merupakan peninggalan bersejarah tahun 1600, bangunan ini adalah peninggalan Sultan Iskandar Muda. Dahulu Kerajaan Aceh dan kerajaan melayu atau Malaysia yang kita kenal sekarang ini sangat berkaitan erat. Gunongan ini dikelilingi oleh taman yang asri. Bangunanya berbentuk seperti bukit dan benteng kokoh, pada awalnya saya tidak mengerti dahulu bangunan ini digunakan dan berfungsi sebagai apa. Karena bentuknya yang aneh dan tidak seperti bangunan bangunan yang seperti umumnya, disebelah kanan bangunan ini terdapat musium yang berisi tentang informasi Gunongan ini. Pada tahun 1608 Sultan Iskandar Muda mempunyai istri yang sangat ia sayangi, permaisurinya bernama Putri Phang yang sangat rindu pada kampung halamannya yang dikelilingi oleh perbukitan. Sedangkan istana disini tidak banyak terdapat perbukitan, akhirnya Sultan membangun sebuah gunung buatan yang menyerupai perbukitan dikampung halamannya. Agar sang permaisuri dapat bermain diatas bukit tersebut dan lupa akan tanah airnya, ternyata Sang Permaisuri sangat senang dan bergembira akan hadiah tersebut dan selalu menghabiskan waktu dikala senja untuk menikmati matahari tenggelam diatas bukit Gunongan tersebut.

Tidak terasa hari sudah semakin sore, setelah berkeliling kota menikmati budaya dan sejarah Kota Aceh membuat kami lelah dan lapar. Kami ingin sekali mencicipi masakan tradisional khas Aceh, Dijakarta kami sering mencoba Mie Aceh. Sekarang saatnya saya mencicipi Mie Aceh Asli plus kepiting hmm perut kami makin keroncongan membayangkan nikmatnya, pusat jajanan dan masakan khas aceh berada di Pasar yang berada ditengah kota, memang pada siang hari Pasar ini menjadi pusat perdagangan yang ramai. Setelah malam pasar ini berubah menjadi pusat Makanan, salah satu ciri khas masakan Aceh adalah bumbu rempah dan rasa yang sedikit pedas dilidah. Kami mencoba Mie Aceh, Martabak, Gulai Kambing dan Sayur Pliu. Kesemua masakan yang kami pesan adalah Masakan yang sangat khas dan terkenal di Aceh. Sengaja kami memesan banyak ragam sehingga kami bisa menikmati semua, rasa Mie Aceh ternyata tidak berbeda jauh yang seperti kami rasakan dijakarta. Namun yang berbeda adalah martabak, disini Martabak berbentuk seperti telur dadar yang dicampur oleh tepung terigu. Gulai kambingnya terasa sangat lezat, aroma rempah, rasa kuah yang sedikit pedas dan gurih daging kambingnya sangat terasa. Bagi para pecinta gulai kambing jangan sampai dilewatkan, dan masakan terakhir yang kami coba adalah sayur pliu. Sayur bersantan ini mempunyai rasa yang khas, aroma rempah khas aceh dan kuah yang pedas membuat kami semakin berselera menyantap makanan dengan lauk yang lain. Memang salah satu tujuan utama kami bertamasya tidak hanya berwisata tempat yang indah dan bagus. Tapi kami juga berwisata kuliner, tidak lengkap rasanya jika kami tidak mencoba sesuatu yang khas dari daerah yang kami kunjungi.

Salah satu pantai yang kita tuju hari ini adalah pantai lhok ngaa, Pantai ini terletak ditepi barat Aceh. Lama perjalanan menuju pantai ini kurang lebih 40 menit melalui Kendaraan yang berjarak 17km dari kota Aceh. Pantai ini cukup terkenal dan merupakan tempat wisata favorite masyarakat Aceh, sayangnya sesampai kami disana. Banyak bangunan sarana dan prasarana pariwisata dipantai ini hancur akibat bencana Tsunami, dipantai lhok ngaa ini tak habis habisnya kekaguman saya melihat keindahan disetiap sudut pantai. Pantai ini begitu alami dan masih perawan, hamparan pasir yang berbatasan dengan lautan, tumbuhan hijau dan rindangnya pepohonan sebagai latar belakang pantai ini yang dikelilingi oleh bukit yang tinggi. Dipantai ini kita dapat melakukan aktivitas seperti memancing, berlayar, menyelam dan berjemur diatas pasir, tidak jauh dari Pantai ini terdapat sebuah pabrik semen Andalas. Pada saat saya kesana pabrik ini tidak beroperasi dan sedang dibangun kembali, pabrik ini rusak parah karena bencana Tsunami yang membuat pabrik ini tidak beroperasi kembali. Posisi pantai Lhook nga ini berada diteluk yang disamping kiri dan kanan pantai banyak terdapat danau danau kecil yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mencari nafkah, keindahan danau danau sekitar pantai ini menambah daya tarik Pantai, kawasan ini merupakan perpaduan paket Pariwisata yang lengkap. Selain pantai dan danau, dikawasan ini juga terdapat Lapangan Golf Seulawah Internasional. Sayangnya lapangan golf dengan latar belakang perbukitan dan panorama laut ini sudah tidak terpakai dan tidak terawat. Mungkin karena dahulu kawasan ini rawan konflik yang terjadi antara GAM dan pemerintah sehingga banyak turis enggan untuk datang kedaerah ini. Kawasan pariwisata ini hancur karena musibah Tsunami, tidak hanya penginapan dan restoran yang rusak. Tetapi banyak rumah penduduk yang musnah akibat Tsunami.

Dikawasan musibah ini, banyak bangunan yang habis rata dengan tanah. Tetapi ada kejadian yang cukup aneh buat saya, sepanjang perjalanan saya banyak melihat banyak bangunan yang hancur. Tetapi mesjid dan tempat ibadah yang berada disamping rumah penduduk tidak hancur, tetap kokoh berdiri seolah tidak terkena akan bencana Tsunami. Begitupun di daerah Pantai Lampuuk, saya melihat ada satu mesjid yang masih berdiri kokoh padahal bangunan disamping kanan dan kirinya habis tersapu oleh Tsunami. Mungkinkah ini tanda tanda kebesaran Tuhan, namun saat ini pembangunan rumah, sarana dan prasarana mulai dibangun kembali. Lembaga lembaga bantuan asing banyak membantu membangun perumahan dan gedung sekolah didaerah ini. Setelah puas kami berkeliling sepanjang kawasan ini besok kami berencana untuk pergi ke Pulau Weh, namun kita harus beristirahat dan kembali kerumah sore ini dan mempersiapkan untuk perjalanan besok.

Waktu masih menunjukkan pukul 07.00 pagi, kami sedang bersiap siap menuju pelabuhan ulee lhue karena untuk mencapai pulau weh dapat ditempuh dengan menggunakan Kapal Motor. Untuk menuju Pulau tersebut kita dapat melalui dua pelabuhan. Jika kita ingin menggunakan mobil menuju kesana kita lalui dari pelabuhan malahayati yang terdapat kapal feri, menggunakan feri dikenakan biaya sebesar Rp 300.000 dan memakan waktu perjalanan selama 4 jam lebih. Sedangkan dipelabuhan ulee lhuee kita dapat menggunakan kapal motor cepat Pulo Rondo, namun hanya penumpang yang dapat menaiki kapal motor. 1 tiket perorang sebesar Rp 50.000 dan waktu yang ditempuh sangat cepat hanya 1 jam, kami memutuskan untuk menggunakan KM Pulo Rondo karena jadwal pemberangkatan kapal adalah pukul 09.00 pagi. Dan kami sudah menyewa mobil di P Weh dengan tarif Rp 400.000 per hari.
Sepanjang perjalanan menuju pelabuhan Ulee lhuee kita menyaksikan dikanan kiri jalan banyak terdapat rumah dan bangunan yang hancur akibat tsunami, kawasan ini salah satu wilayah yang terparah terkena bencana karena jaraknya yang dekat dengan pusat kota dan berjarak 5km. Banyak pembangunan yang dibangun oleh lembaga bantuan asing, namun kawasan ini belum cukup ramai dengan penduduk. Mereka masih trauma dengan musibah Tsunami, setelah mencapai Pelabuhan Ulee lhuee kami membayar tiket untuk 4 orang. Jam pemberangkatan pukul 09.00 pagi kami masih mempunyai waktu setengah jam, sehingga kami berkeliling untuk melihat pantai Ulee Lhuee yang begitu cantiknya. Dipantai ini pada saat air sedang surut nampak karang karang dibeberapa bagian, dikejauhan terlihat panorama bukit yang asri. Dikejauhan kami melihat menara mercusuar setinggi 100 meter terlihat hancur dan hanya tersisa tiang dari mercusuar tersebut, ada pemandangan yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Disamping kiri mercusuar tersebut ada sebuah bangunan Mesjid yang tingginya hanya setengah dari mercusuar tersebut masih kokoh dan berdiri tegak, sedangkan rumah disekeliling mesjid tersebut sudah rata dengan tanah dan mercusuar yang sudah hancur. Tidak henti hentinya saya heran dengan pemandangan yang saya lihat. Pada saat itu kami diperkenankan masuk kedalam kapal, karena sebentar lagi kapal akan diberangkatkan. Saya sempat mengobrol dengan Penjaga kapal yaitu pak Dato yang kebetulan beliau selamat dari Musibah Tsunami, dia menceritakan ada tetangganya yang selamat dan saksi mata ketika bencana Tsunami datang. Dia melihat ombak yang menyapu daratan yang berasal dari laut setinggi hampir dua kali tinggi menara mercusuar didaerah tersebut, saya tidak dapat membayangkan bencana yang terjadi saat itu.

Hari itu cuaca lumayan cerah tidak seperti kemarin, tiba saatnya kami menginjakkan kaki di P Weh. Pulau yang dikenal dengan titik nol kilometer indonesia. untuk menandai didirikannya monumen oleh Pemerintah Indonesia sebagai tanda dimulainya perhitungan jarak dan luas wilayah Negara Indonesia, dari sabang sampai merauke. Tujuan pertama kita adalah Monumen nol kilometer, kita sangat ingin kesana untuk menjejakkan kaki di nol kilometer Indonesia. Lama perjalanan menuju monumen selama satu setengah jam, jalan yang mendaki di sabang mulus dan besar, yang menambah nyamannya perjalanan kami. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan dan panorama bukit yang sangat indah, jalan yang berkelok kami melihat bukit dan lautan biru yang dihiasi oleh pulau pulau. Sesampai kami dikaki bukit monumen nol kilometer ini dijaga oleh pos penjagaan. Untuk menuju atas bukit terdapat hanya satu jalan yang cukup untuk 1 mobil, memang kita memutar bukit setelah kita keluar dengan jalan yang berbeda. Sehingga tidak ada mobil yang berlawanan arah dengan kami, setelah kami membayar tiket Rp 2000 per orangnya kita melanjutkan perjalanan keatas bukit. Jalanan ini sangat sempit dengan kanan dan kiri jalan adalah semak belukar, laju kendaraaan tidak dapat melaju dengan cepat. Karena kami sangat berhati hati melalui jalan yang sempit ini, untungnya tidak ada pohon yang tumbang sepanjang perjalanan kami. Ditengah perjalanan kami dihadang oleh segerombolan Kera, rupanya kera kera tersebut sudah terbiasa dengan kehadiran manusia. Banyak turis yang menuju ketempat ini, dan mereka meminta makanan disepanjang jalan sayangnya saat itu kami tidak membawa makanan kecil.

Akhirnya kami sampai di monumen nol kilometer, diatas bukit saya dapat melihat hamparan luas samudera dan pulau sabang dari kejauhan. Kami sempat mengabadikan momen di monumen nol kilometer ini, selanjutnya kita menuruni bukit dan menuju pantai yang tercantik di pulau sabang ini. Yaitu pantai iboih dan gapang, sesampai disana hamparan pasir putih menyilaukan mata. Pantai ini memiliki butiran pasir lembut, perairan yang dipenuhi terumbu karang beraneka warna, serta ikan ikan yang cantik berseliweran. Banyak turis dari mancanegara yang mengunjungi pantai ini, umumnya mereka datang khusus kesini untuk menyelam dan surfing. Ingin rasanya kami berkeliling pantai untuk menikmati keindahan alam Pulau sabang, banyak perahu yang disewakan khusus untuk berkeliling ditengah lauit dan kita dapat menyaksikan keindahan bawah laut. Kami menyewa perahu yang memiliki kaca ditengah yang berfungsi untuk melilhat keindahan bawah laut dengan jelas. Selama satu jam kami menyewa dengan biaya Rp 80.000, sepanjang perjalanan menuju ketengah lauh kita menyaksikan banyaknya ikan dan terumbu karang. Hampir seluruh dasar lautnya dipenuhi terumbu karang berwarna warni, beserta aneka ragam ikan dan satwa laut yang juga kaya akan warna. Sangat bersih dan bening, diarea yang dangkat terlihat jelas semburat rumput laut berwarna hijau terlihat dikemilau biru samudera. P sabang merupakan tujuan utama para wisatawan asing, mereka khusus datang ke pulau sabang untuk menikmati alam dan keindahan bawah lautnya. Konon keindahan bawah laut di pulau ini merupakan salah satu yang terindah di wilayah Indonesia, dan paling banyak dicari oleh wisatawan asing. Sayangnya saat ini wisatawan asing tidak banyak yang mengunjungi pulau sabang, karena lamanya pemberlakuan darurat militer yang membuat mereka enggan kepulau sabang.

Fasilitas dipantai iboih ini sangat lengkap, adanya hotel baik mewah maupun sederhana ada disana, restoran yang bersih dan lengkap, fasilitas tempat ibadah dan banyak lainnya. Membuat pariwisata berkembang dipantai ini, kami sempat makan dan beristirahat sejenak dipantai ini. Kami tidak punya banyak waktu dipulau sabang ini, karena kita tidak berencana untuk menginap dipulau ini. KM pulo rondo akan balik ke banda aceh pada pukul 05.00 sedangkan waktu sudah menunjukkan pukul 02.00 lama perjalanan kembali ke pelabuhan memakan waktu kurang lebih satu jam, perjalanan selanjutnya kami menuju kota sabang. Sepanjang perjalanan banyak kita lihat mobil mewah berseliweran, kami menuju tempat penjualan mobil bekas. Dan salah satu keunikan dari pulau sabang ini adalah banyaknya mobil mobil mewah yang dijual sangat murah disini, karena kawasan ini diberlakukan daerah bebas pajak. Sehingga mobil mewah seperti BMW, Mercy, dan mobil eropa lainnya dijual dengan setengah harga pasaran yang ada dijakarta. Tetapi jangan sekali kali anda membawa mobil ini keluar dari pulau sabang, karena akan dikenai pajak barang mewah yang 100% dari harga mobilnya sendiri.

Pulau sabang biarpun terkena bencana tsunami, tetapi bangunan dan wilayah yang terkena tidak banyak yang hancur. Satu satunya daerah di Aceh yang tidak ada kerusakan parah disini, ini dikarenakan disekitar pulau weh terdapat dua palung yang cukup dalam. Sehingga gelombang ombak tsunami tertahan dikedua palung tersebut, korban jiwa dari korban tsunami hanya 11 orang dan beberapa ratus bangunan hancur.
Kami akhirnya sampai dipelabuhan balohan, setelah membeli tiket dengan harga yang sama seperti kami membelinya diaceh. Ingin sekali rasanya kita lebih lama tinggal disini menikmati kenindahan alam Aceh dan sabang, setelah beberapa hari menikmati ingin rasanya kembali lagi suatu saat nanti. semoga keamanan dan kedamaian dibumi Aceh semakin membaik, Agar keindahan dan panorama dapat dinikmati oleh kita bersama.

Artikel & Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

Upacara Kasada Bromo

Kasada Bromo

Foto dan teks Barry Kusuma

Bromo mempunyai pesona alam yang sangat luar biasa, tidak akan pernah habis kekaguman kita oleh pemandangan alam yang indah. Gunung Bromo berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti Brahma atau seorang dewa yang utama, gunung bromo ini merupakan gunung yang masih aktif dan objek pariwisata yang sangat terkenal diwilayah jawa Timur. Gunung bromo mempunyai ketinggian 2.400 meter diatas permukaan laut.

Padang Savana dialam pegunungan yang sangat sejuk, kita dapat melihat rerumputan kering dan padang pasir yang sangat luas. Yang sangat menarik dan indah pada saat matahari terbit yang kita lihat dari Puncak Gunung di Pananjakan, karena kabut yang menyelimuti bawah gunung bromo membuat panorama indah dan mistik. Untuk mencapai gunung pananjakan kita dapat menyewa mobil hardtop yang banyak terdapat di penginapan. Atau jika anda ingin menikmati pemandangan secara alami dan sehat anda dapat melewati jalan setapak menunuju jalan penanjakan. Tetapi sangat disarankan anda menyewa guide yang sudah sangat terbiasa akan jalan dan medan di Bromo.

Selain itu juga Suku Tengger memiliki daya tarik yang luar biasa karena mereka sangat berpegang teguh pada adat istiadat dan budaya yang menjadi pedoman hidupnya. Pada tahun 1990 suku tengger tercatat berjumlah 50 ribu yang tinggal dilereng gunung Semeru dan disekitar kaldera. Mereka sangat dihormati oleh penduduk sekitar karena mereka sangat memegang teguh budaya mereka dengan hidup jujur dan tidak iri hati. Konon Suku tengger adalah keturunan Roro Anteng(putri Raja Majapahit) dan Joko Seger (putera brahmana). Bahasa daerah yang mereka gunakan sehari hari adalah bahasa jawa kuno. Mereka tidak memiliki kasta bahasa, sangat berbeda dengan Bahasa jawa yang dipakai umumnya karena mempunyai tingkatan bahasa.

Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Setahun sekali masyarakat tengger mengadakan upacara yadnya Kasada. Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama dibulan kasodo menurut penanggalan jawa.

Tempat untuk mengadakan upacara kasada adalah Pura Luhur Poten Gunung Bromo, tidak seperti pemeluk hindu pada umumnya yang memiliki candi candi sebagai tempat ibadah. Namun poten merupakan sebidang tanah dilahan pasir sebagai tempat berlangsungnya upacara kasada. Asal usul upacara Kasada terjadi beberapa abad yang lalu “Pada masa pemerintahan Dinasti Brawijaya dari kerajaan Majapahit, permaisuri dikaruniai anak perempuan yang bernama Roro Anteng. Setelah beranjak dewasa sang Putri jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari Kasta Brahmana yang bernama Joko Seger. Pada saat Kerajaan Majapahit mengalami kemerosotan dan semakin berkibarnya perkembangan Islam di P Jawa. Beberapa orang kepercayaan kerajaan dan sebagian keluarganya memutuskan pergi kewilayah timur. Dan sebagian besar ke kawasan pegunungan tengger, termasuk Roro Anteng dan Joko Seger. Setelah mereka menjadi penguasa diwilayah ini, mereka sangat sedih karena belum dikaruniai seorang anak. Berbagai macam cara mereka coba, sampai pada akhirnya mereka kepuncak Gunung Bromo untuk bersemedi. Akhirnya permintaan mereka dikabulkan dengan munculnya suara gaib, dengan syarat anak bungsu mereka setelah lahir harus dikorbankan kekawah gunung bromo. Setelah mereka dikaruniai 25 orang anak, tiba saatnya mereka harus mengorbankan si bungsu. Tetapi mereka tidak tega melakukannya, karena hati nurani orang tua yang tidak tega membunuh anaknya. Akhirnya sang dewa marah dan menjilat anak bungsu tersebut masuk kekawah gunung, timbul suara dari si bungsu agar orang tua mereka hidup tenang beserta saudara-saudaranya. Dan tiap tahun untuk melakukan sesaji yang dibuang ke gunung bromo. Sampai sekarang adat istiadat ini dilakukan secara turun menurun.

Untuk dapat melihat upacara kasada bromo lebih baik kita datang sebelum tengah malam, karena ramainya persiapan para dukun. Hari hari upacara kasada bromo, banyak penduduk sekitar yang berdatangan. Baik mengendarai sepeda motor atau kendaraan pribadi lainnya. Sehingga mengakibatkan jalanan kebawah menuju kaki gunung sangat macet. Dan bisa membuat Mobil dari gerbang tidak bisa turun kebawah. Jalan lain kebawah yaitu anda berjalan dengan rombongan rombongan penduduk yang menuju pura. Karena jika sendiri dipastikan akan tersesat, karena kabut yang sangat tebal dan pandangan sangat terganggu.

Selain itu Upacara Kasada bromo juga dilakukan untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa. Agar mereka dapat diangkat oleh para tetua adat, mereka harus bisa mengamalkan dan menghafal mantera mantera. Beberapa hari sebelum Upacara Kasada bromo dimulai, mereka mengerjakan sesaji sesaji yang nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo. Pada malam ke 14 bulan Kasada Masyarakat tengger berbondong bondong dengan membawa ongkek yang berisi sesajo dari berbagai macam hasil pertanian dan ternak. Lalu mereka membawanya ke Pura dan sambil menunggu Dukun sepuh yang dihormati datang mereka kembali menghafal dan melafalkan mantera, tepat tengah malam diadakan pelantikan dukun dan pemberkatan umat dipoten lautan pasir gunung bromo. Bagi masyarakat Tengger, peranan Dukun adalah sangat penting. Karena mereka bertugas memimpin acara – acara ritual, perkawinan dll. Sebelum lulus mereka diwajibkan lulus ujian dengan cara menghafal dan lancar dalam membaca mantra mantra.

Setelah Upacara selesai, ongkek – ongkek yang berisi sesaji dibawa dari kaki gunung bromo ke atas kawah. Dan mereka melemparkan kedalam kawah, sebagai simbol pengorbanan yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Didalam kawah banyak terdapat pengemis dan penduduk tengger yang tinggal dipedalaman, mereka jauh jauh hari datang ke gunung bromo dan mendirikan tempat tinggal dikawah gunung Bromo dengan harapan mereka mendapatkan sesaji yang dilempar. Penduduk yang melempar sesaji berbagai macam buah buahan dan hasil ternak, mereka menganggapnya sebagai kaul atau terima kasih mereka terhadap tuhan atas hasil ternak dan pertanian yang melimpah. Aktivitas penduduk tengger pedalaman yang berada dikawah gunung bromo dapat kita lihat dari malam sampai siang hari Kasada Bromo.

Photo & Text by Barry Kusuma

Add FB : http://www.facebook.com/barrykusuma

Add Twitter : @barrykusuma

Pesona Ujung Genteng

Pesona Ujung Genteng

Foto dan teks Barry Kusuma

Sukabumi mempunyai banyak wisata alam yang indah dan alami, salah satunya adalah Ujung Genteng. Sekitar 70 kilometer selatan sukabumi, atau kalau kita berangkat dari Jakarta sekitar 250 kilometer. Jarak yang kita tempuh melalui perjalanan darat bisa memakan hampir 6 jam perjalanan, karena kita melewati beberapa kota kecil seperti cicurug dan cibadak yang terkenal cukup ramai dan padat. Setelah kita melalui kota kota kecil tersebut kita akan melalui jalan yang cukup berkelok kelok, dan disamping kanan kiri kita disuguhi pemandangan alam yang indah disepanjang perjalanan kita. Ujung genteng termasuk daerah pesisir pantai selatan Jawa Barat. Dan salah satu pantai yang terkenal disini adalah Pantai Pengumbahan di Ujung Genteng, dipantai yang berpasir putih dan halus ini merupakan tempat yang disukai penyu hijau untuk singgah bertelur. Kawasan pantai yang digunakan penyu untuk bertelur luasnya mencapai kurang lebih 110 hektar.

Keindahan Pantai Ujung Genteng ini tidak hanya pantainya yang bersih dan perawan, tetapi disini kita juga bisa menikmati indahnya matahari terbit dan keindahan matahari terbenam dikala senja. Disini kita juga dapat bersantai bersama keluarga, karena Pantai di Ujung Genteng ini tidak terdapat ombak yang begitu besar, karena digaris pantai sudah tertahan oleh karang karang. Sehingga aman untuk bermain air bersama keluarga dan melakukan aktivitas lainnya dipantai.

Salah satu pantai yang disukai oleh penyu hijau atau nama latinnya chelonia mydas untuk bertelur adalah Pantai Pengumbahan, karena paling dekat dentang tiga titik lokasi habitat penyu lainnya yang masih dikawasan selatan sukabumi. Musim bertelur penyu penyu ini antara bulan agustus sampai dengan maret, karena tiap musimnya seekor penyu bertelur sebanyak 3-4 kali. Dan pada musim bertelur ini puluhan bahkan ratusan penyu yang bertelur. Karena pantai pengumbahan ini Pantai yang paling dekat dengan jalan, pada bulan bulan tersebutlah pantai ini ramai dikunjungi wisatawan untuk melihat penyu penyu ini bertelur. Kita dapat melihat proses reproduksi penyu dalam bertelur dalam habitat aslinya.

Untuk mencapai pantai ini lokasinya kurang lebih 5kilo meter dari jalan besar, untuk kesana kita harus menyewa ojek yang sudah berpengalaman dengan medan menuju pantai tersebut. Karena untuk menuju kesana kita harus melewati jalan setapak yang hanya cukup 1 mobil dan belum beraspal, dan kita juga melewati sungai sungai kecil belum lagi jalan yang sangat licin jika hujan. Untuk menuju kawasan ini anda disarankan menyewa saja ojek-ojek dari penduduk, anda hanya mengeluarkan uang sebesar 30-50ribu rupiah.

Penyu yang banyak bertelur biasanya pada malam hari, kita dapat melihat penyu bertelur dibantu oleh masyarakat sekitar yang bertugas menjaga kelestarian penyu penyu tersebut. Kita akan berjalan dipinggir pantai diwaktu malam, melihat jejak jejak penyu yang akan bertelur dibantu dengan senter sebagai alat penerangan. Kalau beruntung kita akan melihat penyu yang sedang bertelur, hewan ini dikenal sangat lamban jika berjalan. Penyu membutuhkan perjuangan yang sangat berat untuk bertelur dan mereka sangat selektif untuk mencari tempat bertelur, penggalian sarang akan dihentikan jika penyu tersebut tiba tiba menemui sampah atau ranting pohon. Telur penyu sebesar bola ping pong, dan telur penyu mempunyai kandungan protein yang sangat banyak. Karenanya banyak sekali manusia yang ingin menyantap telur penyu – penyu ini, selaiin itu daging penyu juga banyak menjadi makanan manusia dan tempurung badan penyu banyak juga diawetkan untuk dijadikan hiasan.

Penyu sekali bertelur bisa mencapai 100-200 butir, dan dari 1000 butir telur yang menetas dan anak anak penyu setelah siap dilepas ke Pantai. Hanya 2 sampai dengan 5 penyu yang dapat bertahan dan mencapai usia produktif untuk bertelur kembali. Ironis sekali karena saat ini banyak sekali orang yang memburu daging dan telur penyu tersebut, dan penyu lainnya mati karena terkena jaring nelayan dalam mencari ikan, disantap ikan dan musuh penyu lainnya. Dan yang paling berbahaya memang karena ulah manusia, karena dipasaran telur ini bebas untuk diperjual belikan dan harganya yang cukup tinggi berkisar 2000 sd 3000 rupiah. Dan sangat banyak orang yang mencarinya.

Dalam mempertahankan populasi penyu hijau ini dikawasan Ujung Genteng sukabumi khususnya, pemerintah daerah merivisi perda tentang pajak burung walet, telur penyu dll. Sehingga oleh masyarakat sekitar perdagangan telur telur penyu ini tidak bebas diperjual belikan. Sepertinya pelestarian penyu perlu ditangani bersama oleh masyarakat sekitar, sehingga hewan langka dan dilindungi ini dapat dimanfaatkan bersama sebagai potensi wisata yang terus ada.

Photo & Text by Barry Kusuma

Add FB : http://www.facebook.com/barrykusuma

Add Twitter : @barrykusuma

Eksotika Rawa Pening

Rawa Pening Ambarawa

Foto dan teks Barry Kusuma

Taman Wisata RawaPening terdapat di daerah ambarawa, untuk dapat masuk kesana. Jalan menunju Rawa Pening ini terdapat di jalan Raya Semarang – Salatiga ambarawa kabupaten semarang. Keindahan rawa pening dapat anda nikmati pada saat pagi hari, karena Tempat Wisata rawa pening ini menawarkan keindahan danau tersebut. Loket dibuka pukul 8.30 sd 21.00 pada pagi hari anda dapat berekreasi bersama keluarga ditaman rawa pening, karena memang desain taman yang asri ditaman rawa pening sangat cocok untuk rekreasi bersama keluarga, selain menikmati keindahan Danau dirawa pening. Anda dapat menyewa perahu yang telah disediakan di dermaga danau, anda bisa berkeliling danau dan melihat banyaknya eceng gondok dan kehidupan nelayan dirawa pening tersebut. Untuk menyewa perahu yang berkapasitas 10 sd 15 orang ini anda dapat menyewanya seharga Rp 25.000/jam, jadi untuk menghemat lebih baik anda menunggu orang lagi yang ingin menaiki perahu ntersebut. Pada malam hari banyak orang yang datang kewisata rawa pening ini untuk menikmati sajian ikan bakar, karena diareal luar taman banyak terdapat kedai dan rumah makan tradisional yang banyak menyediakan Ikan Gurame bakar.

Bagi anda yang hobi memotret/fotografi, keindahan rawa pening ini sangatlah unik. Terutama dipagi hari pada saat sunrise, sangat disarankan anda datang ketaman rawa pening pada jam 5.00 pagi pada saat sunrise. Dan menunggu didermaga tepi danau untuk memotret keindahan


panorama danau rawa pening, konon suasana pagi dirawa pening sangat misterius dan mistis. Dan sangat indah untuk diabadikan lewat sebuah kamera, menjelang pagi anda dapat melanjutkan hunting anda dengan menaiki kapal yang disewakan didermaga, biasanya pada saat pagi para nelayan sedang aktif menjala dan mencari ikan didanau yang banyak terdapat eceng gondok tersebut, danau rawa pening ini sangatlah luas. Kalau anda lupa waktu mungkin tidak akan terasa matahari tepat diatas. Selain musium kereta di ambarawa, tidak ada salahnya anda mampir ke taman Wisata Rawa Pening ini.

Photo & Text by Barry Kusuma

Add FB : http://www.facebook.com/barrykusuma

Add Twitter : @barrykusuma