Tololela Flores Kampung Tradisional yang Menawarkan Keindahan Alam & Budaya.


 
Pernahkah anda mendengar tentang Desa kampung Tololela Bajawa Flores ? mungkin bagi sebagian orang nama ini masih terdengar asing. Untuk bisa mencapai kampung ini memang tidak mudah karena akses transportasi yang terbatas, perlu berjalan kaki agar bisa sampai ke lokasi, meski begitu ternyata kampung Tololela menyimpan keindahan alam serta budaya yang sangat menarik dijadikan objek wisata. Ingin tahu lebih banyak mengenai kampung Tololela Bajawa yang terletak di Flores.


 
Saya diundang oleh Indonesia Ecotourism Network untuk melihat langsung kehidupan sehari hari masyarakat desa Tololela, jujur ini salah satu desa favorite saya di pulau Flores. Karena masyarakatnya sangat ramah, budaya yang masih kuat dan desa terletak di kaki Gunung Inerie yang indah. Selain itu kita bisa bermalam di desa ini merasakan keramah tamahan penduduk desa Tololela.
 
 
VIDEO Keindahan Desa Tololela Bajawa Flores, Video by Barry Kusuma.
 
 
Kampung Tololela merupakan salah satu kampung yang berada di Desa Manubhara, kecamatan Jerebuu. Untuk bisa sampai ke lokasi perlu waktu sekitar 45 menit dengan jarak tempuh kurang lebih 30 km dari ibukota Bajawa. Letaknya yang dipuncak bukit tidak memungkinkan kendaraan bisa mencapai kampung Tololela sehingga harus berjalan kaki. Jadi, dari ibukota Bajawa menuju kampung Bena terlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan dengan berjalan kaki menuju desa kampung Tololela Bajawa Flores selama 1 jam.
 
 
Secara geografis, topografi desa kampung Tololela Bajawa Flores sebagian besar lahan perbukitan, termasuk dalam wilayah yang beriklim tropis. Memiliki jenis tanah yang subur sehingga banyak penduduk yang memanfaatkannya untuk bercocok tanam, terutama jenis tanaman rempah-rempah, umbi, jagung dan kacang-kacangan.
 
 
Ditengah kuat arus zaman modern saat ini, tidak banyak daerah yang masih mempertahankan tradisi adat budaya dalam lingkungan masyarakat. Namun di kampung Tololela dapat kita rasakan nuansa adat yang kental dan masih terjaga. Hal ini dapat dilihat dari bangunan rumah yang terdapat di kampung ini, serta kebiasaan dan perilaku masyarakat yang masih memegang erat adat istiadat.
 

Saat memasuki perkampungan, kita akan disuguhkan pemandangan rumah-rumah tradisional yang berbentuk unik, terbuat dari kayu dengan menggunakan ilalang sebagai atap. Rumah ini dihuni oleh suku asli kampung Tololela, uniknya formasi rumah ini tersusun rapi membentuk pola segi empat, dimana bagian tengahnya terdapat lapangan berundak yang digunakan sebagai tampat Ngadu dan Bhaga, selain itu juga ada kuburan batu tua yang diletakkan ditengah lapangan. Di setiap rumah-rumah desa kampung Tololela Bajawa Flores selalu ada tanduk kerbau yang dulunya dijadikan kurban untuk upacara adat penduduk setempat.


Selain bertani, pekerjaan sebagian masyarakat kampung Tolalela adalah menenun. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh para wanita. Pembuatan tenun masih dilakukan secara tradisional sehingga setiap pengunjung yang datang dapat menyaksikan langsung proses pembuatannya. Saat pagi atau sore hari merupakan waktu yang pas mengunjungi para wanita yang sedang menenun. Anda bisa sambil belajar cara pembuatan tenun dan jika tertarik, anda bisa membelinya.
 
 
Alat musik tradisional seperti Angklung mungkin sudah banyak yang tahu, namun bagaimana dengan alat musik Bombardom? Pasti masih banyak yang tidak tahu bukan? Alat musik Bombardom merupakan alat musik tiup tradisional yang dapat kita temukan di Pulau Flores. Terbuat dari bahan bambu dengan dua elemen yaitu bambu besar dan kecil. Sering digunakan pada saat upacara adat dan penerimaan tamu yang datang. Beberapa bulan lalu, baru saja dilaksanakan pemecahan rekor konser musik Bombardon oleh masyarakat kampung Tolalela sebagai salah satu cara melestarikan alat musik tradisional mereka yang terancam punah serta untuk menarik minat wisatawan. 

  
VIDEO Keindahan Desa Tololela Bajawa Flores, Video by Barry Kusuma. 

 Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
https://plus.google.com/+BarryKusuma/ (Google Plus Social Network #IndonesiaOnly).
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

Wae Rebo Flores, Desa Warisan Budaya Dunia.


Desa Wae Rebo Flores merupakan sebuah tempat yang bersejarah sehingga menjadi situs warisan budaya dunia diberikan oleh UNESCO pada 2012 yang lalu. Desa Wae Rebo Flores yang terletak diketinggian 1200 meter di atas permukaan laut ini layaknya sebuah surga yang berada di atas awan. Perlu perjuangan untuk bisa mencapainya, namun apa yang didapat ketika sampai ke lokasi sebanding dengan perjalanan yang dilalui. Pemandangan alam berupa gunung-gunung berpadu dengan 7 rumah adat berbentuk kerucut akan memberi kesan tersendiri bagi setiap pengunjung yang pernah datang ke desa Wae Rebo.
 

Letak desa Wae Rebo berada di barat daya kota Ruteng, kabupaten Manggarai pulau Flores. Untuk bisa sampai ke lokasi memang tidak mudah karena letaknya yang di atas gunung, perlu tenaga extra untuk melakukan perjalanan kaki selama kurang lebih 3 sampai dengan 4 jam. Tergantung kondisi fisik karena trekking menuju desa Wae Rebo mendaki sejauh 7km. 
 
 
VIDEO Keindahan Wae Rebo Flores, World Cultural Heritage. Video by Barry Kusuma.
 

Desa Wae Rebo saya sebut sebagai desa terindah di Indonesia, dan desa ini sama sekali tidak ada signal hp. Desa Wae Rebo dari sisi pariwisata sangat dikelola dengan baik, karena Desa ini didampingi dan diberikan bimbingan tentang Pariwisata oleh Indonesia Ecotourism Network, yang bertujuan memajukan desa desa yang tadinya kurang diperhatikan menjadi sebuah desa wisata yang banyak orang ingin kunjungi.
 

pengunjung yang ingin ke desa Wae Rebo Flores harus mulai dari Ruteng. Jika dari Denpasar, bisa langsung menuju Ruteng lewat jalur udara. Apabila tidak ada penerbangan menuju Ruteng, anda dapat menggunakan Bus atau Travel dari Labuan Bajo memakan waktu sekitar 6 jam. Setelah tiba di Ruteng, perjalanan dilanjutkan menuju desa Denge atau Dintor selama kurang lebih 2 jam yang merupakan desa terakhir yang dapat diakses dengan kendaraan. Untuk ke Denge dapat menggunakan ojek atau truk kayu, biasanya dapat ditemukan di Terminal Mena yang beroperasi dari jam 9-10 pagi. Jika ingin lebih hemat, gunakan truk kayu, hanya saja angkutan ini tidak setiap hari beroperasi. Selanjutnya perjalanan ditempuh dengan berjalan kaki menuju desa Wae Rebo selama 4-5 jam.
 
 
Apabila harus menggunakan ojek dari Ruteng untuk bisa sampai ke desa Denge, maka biaya yang dikeluarkan lebih mahal, bisa mencapai Rp 150.000-200.000 sekali antar, lebih hemat jika menggunakan truk kayu yang hanya dikenakan tarif Rp 30.000/orang. Untuk fasilitas, di desa Denge ada sebuah homestay yang bisa digunakan untuk menginap. Tidak jauh dari homestay ada pusat informasi dan perpustakaan. Saat tiba di desa Wae Rebo Flores, anda bisa menumpang di rumah adat milik masyarakat setempat jika ingin menginap. Di sini tidak ada homestay atau penginapan khusus karena hanya terdiri dari 7 rumah adat.
 
 
Selain pemandangannya yang indah, kita akan disambut dengan keramahan penduduknya saat tiba di desa Wae Rebo Flores. Disini dapat kita jumpai rumah adat yang hanya terdiri dari 7 buah dimana telah bertahan selama 19 generasi. Hal ini pula yang menjadi daya tarik para wisatawan khususnya dari mancanegara, mereka umumnya penasaran ingin melihat langsung rumah adat yang disebut dengan Mbaru Niang ini. Terbuat dari kayu dengan atap dari ilalang yang dianyam. Bentuk Mbaru Niang mengerucut ke atas, sebuah arsitektural tradisional yang sangat unik. 7 Mbaru Niang ini berkumpul di lahan luas yang hijau dengan dihiasi bukit-bukit indah disekitarnya, hawanya masih sangat sejuk karena dikelilingi hutan. 
 
 
Desa Wae Rebo Flores merupakan sebuah tempat yang bersejarah sehingga menjadi situs warisan budaya dunia diberikan oleh UNESCO pada 2012 yang lalu. Selain rumah adat yang menjadi daya tarik, kehidupan masyarakatnya juga sangat menarik untuk diketahui. Sebagian masyarakat bertani dan wanitanya membuat tenun. Ada pula kebun kopi, biasanya pengunjung akan dihidangkan kopi khas Flores yang nikmat.
 
 
Perpaduan kearifan budaya lokal dengan 7 rumah adat yang terletak dipuncak gunung nan hijau membuat tempat ini layaknya surga di atas awan. Namun sangat disayangkan, kenyataannya bahwa tempat seindah ini masih asing bagi masyarakat Indonesia tapi sangat terkenal di negeri orang.
 
  
VIDEO Keindahan Wae Rebo Flores, World Cultural Heritage. Video by Barry Kusuma.
 
Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
https://plus.google.com/+BarryKusuma/ (Google Plus Social Network #IndonesiaOnly).
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

Shosenkyo Yamanashi Lembah terindah di Jepang.


Shosenkyo adalah destinasi wisata yang termasuk salah satu dari prefektur Yamanashi dengan ibukota Kofu dan terletak di kepulauan Honshu. Prefektur Yamanashi sendiri dikelilingi oleh sejumlah gunung termasuk Gunung Fuji yang merupakan gunung tertinggi di Jepang. Bagi yang suka semua hal berbau Jepang terutama budaya dan wisata alamnya, Shosenkyu Yamanashi adalah tujuan wisata paling tepat, tentunya selain obyek wisata lain yang tak kalah terkenal di kaki Gunung Fuji. Paling tidak beberapa spot wisata di Shosenkyu mampu menarik wisatawan dari luar Jepang untuk datang berkunjung terutama di musim gugur.

Menjelang atau pada saat musim gugur, Shosenkyu menjadi tempat wisata paling banyak dikunjungi diantara spot wisata lain di Kofu. Musim gugur adalah waktu yang tepat untuk menyaksikan keajaiban alam yang menakjubkan dimana semua pohon-pohon di tempat ini warnanya berubah menjadi merah. Belum lagi gemericik air terjun Sengataki yang menyejukkan membuat suasana Shonsekyu kian romantis. Dari Shonsenkyu kita dapat melihat jelas pemandangan Gunung Fuji. Kita tinggal naik Ropeway hingga sampai puncak kita bisa menyaksikan keindahan Gunung Fuji dan perfektur Yamanashi.


Masih di perfektur Yamanashi, terdapat Ngarai Shosenkyu yang merupakan tempat paling tepat untuk hiking dan menikmati sajian pemandangan yang indah di musim gugur. Ngarai Shosenkyu Yamanashi atau juga disebut Mitake Shosenkyu terdapat di sepanjang sungai Arakawa yang termasuk bagian dari taman nasional Chichibu Tama Kai. Ngarai di Shosenkyu ini terbentuk sangat indah dimana terdapat tebing batu kokoh menjulang tinggi, air terjun nan cantik serta formasi batuan yang tertata oleh alam yang luar biasa. Akses ke Ngarai Shosenkyu sangat mudah bahkan jalan setapak yang disediakan bisa dilewati oleh semua umur.

Jalan keseluruhan di Ngarai Shosenkyu ini sekitar 4 kilometer namun spot yang paling indah terletak 1 kilometer menuju puncak dimana juga terdapat air terjun Sengataki setinggi 30 meter. Di puncak atau di akhir jalan kita akan disambut sebuah desa kecil dimana terdapat banyak toko-toko juga restoran yang sengaja disediakan untuk wisatawan. Uniknya disini juga tersedia tempat indah yang memiliki jendela besar untuk melihat-lihat pemandangan.


Banyak aktivitas menyenangkan yang bisa kita lakukan di Shosenkyu. Dengan kereta gantung Shosenkyu Ropeway kita bisa naik ke puncak untuk menikmati pemandangan yang maha indah dari Gunung Fuji. Selanjutnya kta bisa mengunjungi tempat paling indah untuk berjalan santai, misalnya Danau Nosen dan Bendungan Arakawa. Lupa membawa bekal ketika lapar? Jangan khawatir, ditempat ini kita bisa mencoba Hoto yaitu makanan khas daerah setempat yang rasanya enak sekali. Hidangan kuliner ini termasuk makanan berat berkarbohidrat tinggi sehingga memberi efek mngenyangkan lebih lama, mie-nya mirip Udon yang disajikan bersama sayuran dan kaldu Miso.


Untuk akses menuju Shosenkyu Yamanashi dapat ditempuh dengan mudah dari Stasiun Kofu (JR East Chuo Main Line, JR Central Minobu Line). Ditempat ini terdapat kantor pariwisata dimana kita bisa mendapatkan banyak informasi juga brosur berisi peta dan petunjuk lain dalam bahasa Inggris. Di selatan stasiun terdapat pintu keluar dan bus-bus yang siap diberangkatkan menuju Shonsekyu. Beberapa bus tersebut diberangkatkan setiap 2 jam sekali untuk semua musim.

untuk melihat informasi lengkap tentang Yamanashi dan Destinasi - destinasi keren disini, silahkan klik link http://www.yamanashi-kankou.jp/indonesia/index.html


Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
https://plus.google.com/+BarryKusuma/ (Google Plus Social Network #IndonesiaOnly).
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma