Takengon tempatnya kopi (Gayo) terbaik di dunia.


Kalau ditanya tempat favorite saya di Aceh jawabnya adalah Takengon, Secara geograofis kota Takengon terletak di kabupaten Aceh Tengah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Takengon terletak di Aceh Tengah suasananya sangat sejuk karena berada di ketinggian 1200 MDPL dan dikelilingin gunung dan bukit. Banyak kawasan wisata yang bisa dikunjungi disini diantaranya Danau Laut Tawar, Pantan Terong, dan Gua Putri Tekes. Kesenian tradisional dan budaya yang paling menarik perhatian di kota ini adalah Pacuan Kuda yang biasanya diadakan di bulan Agustus bersamaan dengan perayaan Hari Kemerdekaan RI.


Dalam bahasa Aceh Takengon artinya “tikungan” atau “kelokan”. Nama tersebut untuk mewakili kondisi jalan menuju kota kecil ini yang harus melewati rintangan berupa tanjakan perbukitan, lereng gunung, jalanan curam berkelok-kelok yang dipenuhi rimbun pepohonan sepanjang jalan.

Sejarah kota Takengon tak lepas dari kedatangan orang-orang berkebangsaan Belanda sekitar tahun 1904 silam. Konon kedatangan Belanda ini erat kaitannya dengan potensi perkebunan di dataran tinggi Takengon yang memang sangat cocok untuk tanaman tembakau, Damar, dan Kopi Arabica. Pada masa itu oleh bangsa Belanda Kabupaten Aceh Tengah diubah menjadi Onder Afdeeling Nordkus Atjeh dengan ibukota Sigli.
 

Saat ini Kopi Gayo dari Aceh merupakan kopi yang banyak disukai diseluruh dunia, sehingga banyak diekspor keseluruh dunia. Dan konon Kopi Starbuck banyak menggunakan kopi dari tanah gayo ini. Masih pada zaman kolonial Belanda saat itu, pemerintah Hindia Belanda membangun pabrik pengolahan kopi dan damar di sekitar kota Takengon. Sejak berdirinya perusahaan milik Belanda tersebut kawasan Takengon semakin berkembang menjadi pusat pemasaran hasil bumi untuk selurah kawasan disekitarnya. Adapun hasil bumi yang sudah diolah akhirnya di-ekspor ke daratan Amerika dan Uni Eropa, khususnya Kopi Arabica yang sebagian besar memang diprioritaskan untuk pasar luar negeri.
Video The Light of Aceh, By Barry Kusuma dkk.
 
Sesuai namanya Kopi Gayo Aceh merupakan satu jenis kopi Arabika yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo Aceh. Kualitas dan citarasa varietas kopi yang satu ini sangat terkenal hingga mancanegara. Ini dibuktikan dengan diraihnya Fair Trade Certified dari Organisasi International Fair Trade tahun 2010 lalu. Tak hanya itu, Kopi Gayo juga pernah meraih peringkat tertinggi pada Lelang Special Kopi Indonesia tahun 2010 di Bali. Dan sampai saat ini hasil kopi dari Tanah Gayo masih tetap yang terbesar di kawasan Asia.

Ketika sampai di Tanah Gayo yang saya lakukan adalah mampir sejenak di Warung Kopi yang banyak tersebar di Kota Takengon, favorite saya adalah kopi susu. Bagi yang sudah mencoba kopi Gayo saya jamin susah untuk menandingi kenikmatan kopi ini. Sejarah perkembangan Kopi Gayo Aceh tak lepas dari kedatangan bangsa Belanda ke Indonesia abad -17 silam. Sebelum dikembangkan di Dataran Gayo, banyak orang Belanda yang membawa biji Arabica Mocca dari Arabia dan menanamnya di Jakarta (saat itu masih bernama Batavia).
 

Pada tahun 1908 akhirnya tanaman kopi tersebut dikembangkan di Dataran Tinggi Gayo tepatnya di wilayah Aceh Tengah. Sejak saat itu perkebunan Kopi Gayo menjadi sumber penghasilan utama masyarakat Gayo sekaligus menjadi satu-satunya pusat tanaman kopi kualitas ekspor yang ada di Kabupaten Aceh Tengah. Hal tersebut dapat dibuktikan dari peninggalan arkeologi, yaitu sisa pabrik pengeringan kopi pada zaman penjajahan Belanda di Desa Wih Porak Kecamatan Silih Nara Aceh Tengah.

Kota Takengon punya julukan “Kota di Atas Awan” karena keindahan yang begitu indahnya sehingga kita bisa menyaksikan gumpalan awan mengelilingi pepohonan. Demikian juga dengan suasana kotanya, awan-awan terasa begitu dekat mengelilingi kota meski matahari tengah terik-teriknya.
 

Lokasi wisata yang sangat terkenal disini adalah Danau Lut Tawar atau juga disebut Danau Laut Air Tawar, luasnya danau ini sehingga setiap sudut kita mengunjungi tempat tempat semuanya bagus. Buat yang hobi memotret sangat cocok datang kesini, dan lama waktu untuk mengunjungi Takengon tidak cukup 5 hari lamanya.

Danau Laut Air Tawar adalah sebuah danau sekaligus tempat wisata yang terletak tepat di Dataran Tinggi Gay. Para Suku Gayo yang juga merupakan penduduk asli kota Takengon menyebut danau ini Danau Laut Air Tawar. karena danau ini sangat luas mirip laut dengan panjang lebih dari 17 kilometer dan lebar lebih dari 3 kilometer. Uniknya meski mirip dengan laut namun airnya tidak terasa asin. Danau ini memiliki banyak keistimewaan terutama karena airnya yang sangat jernih, sehingga penduduk yang mandi di danau ini dan kalau beruntung kita bisa melihat dengan jelas menyaksikan ikan-ikan yang berenang.
 
Danau Laut Air Tawar kaya dengan hasil ikan Trout atau sejenis ikan laut tawar. Jadi tidak heran jika banyak orang lebih suka menghabiskan waktu disini untuk memancing ikan. Pemandangan disini sangat indah. Keindahan tersebut masih disempurnakan dengan empat gua yang mengelilinginya. Untuk sekedar mengelilingi danau sudah disediakan persewaan kapal motor untuk berkeliling di danau.

Selain keindahan alam yang memukau, ternyata Takengon punya budaya yang sangat terkenal juga. Orang menyebutnya sebagai Pacu Kude, atau kuda yang dipakai untuk balapan. Pacuan kuda balap Takengon Aceh adalah sebuah tradisi unik yag selalu ditunggu segenap masyarakat Aceh di daratan Gayo khususnya di Kota Takengon. Hiburan rakyat kuda balap Takengon Aceh sudah terselenggara sejak lama, bahkan jauh sebelum Belanda menguasai Tanah Gayo. Event ini dulunya diselenggarakan pada masa “Lues Belang” atau masa pasca panen padi di Gayo. Masa Lues Belang sendiri hampir pasti bertepatan dengan bulan Agustus. Jadi hingga sekarang event ini selalu diselenggarakan setiap bulan Agustus. Selain karena pasca panen, pada bulan Agustus cuacanya sangat mendukung sehingga sangat cocok untuk menggelar Pacu Kude.
 

Kuda balap Takengon Aceh memang unik dan istimewa karena tidak ada hadiah bagi pemenangnya. Hanya marwah atau gengsi saja yang dipertaruhkan dan biasanya akan dipertahankan. Namun untuk kemenangan yang diperoleh dilanjutkan dengan syukuran dengan aturan “Pergenapen” yaitu suatu perayaan dengan cara saling sumbang-menyumbang untuk biaya syukuran tersebut. Biasanya syukuran diawali dengan pemotongan hewan ternak untuk makan bersama.

Seiring berjalannya waktu tradisi memberi hadiah pada setiap event Pacu Kude berlanjut hingga sekarang. Bahkan pagelaran kuda balap Takengon Aceh ini juga tetap diselenggarakan di Blang Kolak. Namun sistem dan aturan pacuan kuda kemudian juga dirubah. Arena pacu yang dulunya dibuat seadanya kini dibuat oval serta diberi pagar dari bahan Radang (rotan).

Lengkapnya alam yang indah, kopi gayo yang sangat nikmat ditambah budaya pacu kude. Membuat Takengon Tanah Gayo tempat yang wajib dikunjungi, sekali kesini dijamin akan kangen untuk selalu kembali kesini.
 
 Video The Light of Aceh, Video by Barry Kusuma dkk.
 
Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer & Videographer).
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
https://www.youtube.com/barrykusuma (Barry Kusuma Youtube Channel)