"Wakatobi The Amazing Celebes Paradise" #Terios7Wonders


Indonesia dikenal sebagai Negara Bahari yang dikelilingi oleh banyak kepulauan, Indonesia juga dikenal punya banyak surga bawah laut yang indah di dunia. salah satu keindahan tersebut adalah Wakatobi yang terletak di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Ibukota dari Kepulauan Wakatobi ini adalah Wangi Wangi dan Wakatobi punya empat pulau besar yang terkenal. diantaranya Wangi Wangi, Kalidupa, Tomia dan Binongko. nama Wakatobi diambil dari singkatan dari keempat pulau tersebut.

Nama Wakatobi ini sebenarnya terbilang baru karena sebelum tanggal 18 Desember 2003, kepulauan ini disebut Kepulauan Tukang Besi dan masih merupakan bagian dari Kabupaten Buton. Secara astronomis dan yang membuat unik, Kabupaten Wakatobi ini berada di selatan garis khatulistiwa dan seperti daerah lain di Indonesia, karena keindahan alam yang masih terjaga Wakatobi ditetapkan menjadi taman nasionl pada tahun 1996, dengan total area 1,39 juta hektar, menyangkut keanekaragaman hayati laut dan karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia yang harus dijaga.


Saya mendapatkan kesempatan untuk Traveling ke beberapa pulau di Wakatobi, yaitu Pulau Wangi Wangi dan Tomia. disini ada beberapa objek wisata yang bisa kita lihat dan kita abadikan melalui foto.

Pantai Patuno di Pulau Wangi Wangi.


Pantai Patuno terletak di Patuno Resort, buat orang umum yang datang boleh sambil menikmati makan siang di Resort ini. Pantai Patuno terletak di daerah Wanci Ibu Kota Kabupaten Wakatobi dan Bandara Matahora Wanci. jika ingin kesini dari Wanci hanya berjarak kurang lebih 22 kilometer, sedangkan dari bandara hanya sekitar tiga kilometer. Letak pantai yang begitu strategis menjadikan kawasan tersebut mudah diakses. Mencapai tempat ini dari Wanci dengan mobil atau sepeda motor hanya butuh waktu kira-kira 30 menit, sedangkan dari bandara sepuluh menit.


banyak aktivitas yang dilakukan di pantai ini, hamparan pasir membentang luas yang membuat kita tidak bosan bosan memotret landscape, kegiatan snorkling juga bisa dilakukan disini. tetapi harus hati hati ya, karena banyak daerah karang dan masih banyak terdapat ular laut disini. kalau anda beruntung anda bisa melihat lumba lumba yang sedang bermain disekitar pantai ini, anda bisa melihatnya dari atas dermaga. disekitar pantai ini memang banyak karang, dan kurang cocok untuk snorkling di area sekitar sini. karena banyak terdapat ular laut yang bersarang dikarang besar sekitar pantai ini.


Pulau Tomia

Pulau Tomia adalah salah satu pulau di kepulauan Wakatobi, Pulau Tomia ini terkenal akan keramahan penduduknya dan merupakan pulau wisata yang punya keindahan bawah laut terindah di Dunia. Pulau ini berjarak 4 jam perjalanan laut dari pulau Wangi wangi. untuk mengunjungi pulau ini kita bisa menaiki kapal kayu besar di perkampungan suku Bajo dengan membayar tiket perorang 150rb. selain lokasi untuk snorkling dan diving, kita juga bisa mengelilingi pulau dengan menaiki kendaraan selama 1.5jam. seluruh pulau memiliki landscape yang luar biasa. setelah puas mengelilingi pulau jangan lupa untuk snorkling di pulau ini kalau anda tidak bisa diving.


Yang saya suka di Pulau Tomia banyak objek wisata yang menarik disini, saya juga tidak khawatir dengan penginapan disini. karena ada lebih dari 3 homestay yang sangat nyaman, bagi saya nyaman ketika tempat tersebut ada ACnya dan bisa tidur nyenyak ketika malam. memasuki kota Tomia serasa kota kecil di pulau Jawa umumnya, ya karena penduduk disini banyak pendatang terutama suku Jawa. dibuktikan setelah keluar dari dermaga ada warung bakso sragen disisi jalan hehe..

ada begitu banyak keindahan pantai dan alam di pulau Tomia ini, dibawah ini saya tidak usah banyak berkata kata lagi..tapi silahkan dinikmati sendiri foto fotonya..




Kampung Terapung Suku Bajo

Kalau di Amerika mereka punya suku Gypsy, Indonesia punya Suku Gypsi laut yang suka berpindah pindah. ya mereka adalah suku Bajo, tinggal dirumah yang dibangun diatas laut. mereka mempunyai hubungan khusus dengan laut, konon jika terlalu lama di darat mereka bisa mabuk darat hehe. untuk menuju Kampung Terapung Suku Bajo ini membutuhkan waktu 1.5jam perjalanan laut dengan menggunakan speedboat dari Wanci. dan untuk bisa menyebrang dan mengunjungi kampung ini harus menggunakan sampan kecil karena area sekitar Kampung Bajo ini banyak sekali terdapat karang karang.

yang membedakan Kampung Terapung ini sepertinya mereka tidak menjadi Nomaden seperti dahulu, mereka sudah banyak yang menetap disekitar pantai. sebagian besar masih mendirikan rumahnya di tengah laut dengan fondasi rumah ditancapkan didasar laut. Suku Bajo merupakan orang Laut sejati, sejak lahir mereka sudah hidup dengan laut. tidak hanya itu mereka juga dikenal sebagai penyelam tradisional yang hebat, mencari ikan dengan memanah adalah salah satu keahlian mereka.


Kabupaten Wakatobi berada di selatan garis khatulistiwa dan seperti daerah lain di Indonesia, Wakatobi memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Taman Nasional Wakatobi yang ditetapkan pada tahun 1996, dengan total area 1,39 juta hektar, menyangkut keanekaragaman hayati laut dan karang yang menempati salah satu posisi prioritas tertinggi dari konservasi laut di Indonesia. bahkan saking terkenalnya Wakatobi sampai mancanegara seorang jurnalis asing mengatakan “Wakatobi merupakan tempat menyelam paling indah di dunia.“ - Jacques Costeau (Seorang jurnalis selam dunia).

Keindahan dan kekayaan kawasan Taman Nasional Wakatobi sebenarnya sudah terkenal di mancanegara, terutama setelah Ekspedisi Wallacea dari Inggris pada tahun 1995 yang menyebutkan bahwa kawasan di Sulawesi Tenggara ini sangat kaya akan spesies koral. Di sana, terdapat 750 dari total 850 spesies koral yang ada di dunia. Konfigurasi kedalamannya bervariasi mulai dari datar sampai melandai ke laut dan di beberapa daerah perairan terdapat yang bertubir curam. Bagian terdalam perairannya mencapai 1.044 meter. tidak heran Teman teman saya dari Tim #Terios7Wonders yang hobinya diving sangat betah berlama lama diving disini.


Waktu terbaik untuk berkunjung ke Taman Nasional Wakatobi adalah dari bulan April sampai dengan bulan Juni dan Oktober sampai dengan bulan Desember setiap tahunnya. Taman Nasional Kepulauan Wakatobi merupakan keindahan alam perairan yang sangat menakjubkan. Keindahan darat dan bawah lautnya akan memuaskan mata, menyegarkan hati dan pikiran Anda serta menambah pengalaman Anda mengenai kehidupan bawah laut. Beberapa kegiatan yang pasti bisa Anda lakukan di sini mulai dari menyelam, snorkeling dan berenang untuk melihat gugusan terumbu karang yang indah dan berbagai biota laut.


Kepulauan Wakatobi merupakan Destinasi akhir dari Tim Daihatsu #Terios7Wonders dan tidak salah jika Wakatobi disebut sebagai "Amazing Celebes Paradise" kami berkendara selama 13 hari dari Manado sampai Wakatobi melalui jalur darat, banyak sekali budaya dan alam yang kita explore sepanjang perjalanan. Traveling bagi setiap orang memang mempunyai makna yang berbeda beda, tetapi Traveling yang terbaik bagi saya adalah roadtrip dan melakukan perjalanan darat. kenapa, karena disitulah kita bisa menemukan banyak sahabat dan teman baik. banyak suka ketika perjalanan yang membuat makin mempererat persahabatan kami. terima kasih Daihatsu Tim #Terios7Wonders, 13 hari bersama dijalan membuat kami punya banyak teman baik dan sahabat baru. tetaplah mengexplore alam dan budaya Indonesia.. 

note : yang ingin melihat catatan perjalanan #Terios7Wonders silahkan discrool2 dibawah ya..saya menulis sepanjang perjalanan 13 hari mengexplore Sulawesi, semoga tulisan dan foto bisa menginspirasi teman teman yang ingin Traveling jalan darat dan tentunya terus mempromosikan Pariwisata Indonesia..

Artikel & Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

Suku Kajang yang masih memegang teguh tradisi nenek moyang. #Terios7Wonders

Ada banyak keistimewaan Indonesia punya banyak Suku yang beragam, beruntung Indonesia adalah negara dengan multietnis. diantara banyaknya perubahan jaman saya salut dengan Suku yang punya pendirian teguh memegang tradisi nenek moyangnya, walaupun jaman cepat berubah mereka tidak lekang oleh jaman. jika di Baduy kita mengenal suku Baduy Kanekes, di Sulawesi Selatan tepatnya di daerah Bulukumba terdapat suku Kajang.

Suku Kajang ini dikenal dengan mudah, karena mereka selalu berpakaian serba hitam. layaknya negara didalam negara, mereka punya aturan tersendiri untuk mengatur masyarakatnya, walaupun begitu ternyata mereka hidup selaras dengan masyarakat sekitar walapun mereka yang bukan suku dari suku Kajang.


Suku Kajang berada di Kabupaten Bulukumba, dan ada di Tana Toa yang terdiri atas kurang lebih lahan 3000 hektar kawasan desa adat atau Ama Toa yang dihuni sekitar 3947 penduduk dan 600 hektar hutan adat milik suku Kajang. ternyata suku Kajang telah menghuni wilayah ini sejak 2.200 tahun lalu.

Mengenali Suku ini ketika sampai di Amatoa sangat gampang, karena suku ini berpakaian serba hitam sebagai gambaran proses hidup mereka. saya menanyakan kepada para Mentri (para pembicara yang ditunjuk Amatoa) kenapa mereka berpakaian hitam hitam dan alasan mereka berpakaian hitam tersebut karena suku Kajang meyakini bahwa mereka lahir dari rahim ibu yang gelap gulita. Oleh karena itu sepanjang hidup hingga kematian mereka juga harus dalam keadaan yang juga gelap gulita. Mereka juga konsisten menjalani cara hidup sederhana, tanpa teknologi. Meskipun desa mereka hanya berjarak 5 kilometer dari kota. jadi tidak heran jika gampang kita temui penduduk desa Kajang ini yang berusia banyak dari 90 tahun.


Keunikan lainnya terlihat dari rumah panggung terbuat dari papan yang dibangun tanpa satupun paku besi, yang digunakan adalah paku yang juga terbuat dari kayu. karena benda benda modern mereka hindari dan dilarang dikampung ini, apapun benda yang dinilai sebagai benda hasil modernisasi, menjadi tempat tinggal mereka. Sedangkan, toilet dan kamar mandi dibuat dari tumpukan batu setinggi 1 meter di bawah pancuran air dari gunung. Suku Kajang hidup tanpa listrik dan alat elektronik. Untuk penerangan di malam hari cukup menggunakan obor saja.

Warga Kajang yang menjadi pemandu wisata tim dalam bahasa asli suku ini. Ia kemudian membawa tim menyusuri jalan setapak untuk memasuki Ama Toa. Jalan setapak tersebut tidak diaspal melainkan hanya terbuat dari tumpukan batu koral. kita saja yang memakai sendal gunung yang tebal masih terasa nyeri ketika berjalan, mereka telanjang kaki saja melalui jalur ini..hmm pantesan banyak dari mereka yang awet muda dan panjang umur, ternyata pola hidup sehat yang membuat mereka bugar terus.


Sebagian besar profesi mereka adalah sebagai petani dan berkebun, mereka memanen jagung atau memanen ladang. Memang lahan disini memang cocok untuk bercocok tanam jadi mata pencaharian utama di sini,” hasil tani atau kebun mereka juga sebagian besar digunakan oleh mereka sendiri, mereka menyimpannya dibagian depan rumah agar bisa mencukupi hidupnya selama berbulan bulan.


Kedatangan saya dan tim Daihatsu Terios 7 Wonders di Ama Toa ternyata bertepatan dengan diadakannya upacara Nikuatu Panrolli atau bakar linggis. Sebuah linggis besi dibakar hingga jadi besi menganga dan seorang pria mempraktekkan kesaktiannya dengan memegang besi menganga tersebut. ternyata upacara ini seringkali digunakan untuk membuktikan kejahatan yang dilakukan oleh warga suku Kajang, maksudnya jika ada mereka yang kecurian didesanya dan tidak ada yang mengaku. linggis besi inilah dibakar sampai merah membara, satu satu penduduk desa yang dicurigai disuruh memegang besi ini. jika bersih dan tidak bersalah, mereka yakin panasnya api tidak akan menyentuh kulit mereka, tetapi jika bersalah memegang besi ini akan terbakar. memang seru sekali kami mendatangi Suku Kajang ini, dan mengexplore sisi lain budaya dari Pulau Sulawesi.

Artikel & Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

Kapal Phinisi Mahakarya Indonesia. #Terios7Wonders


Salah satu destinasi di Sulawesi yang ingin saya kunjungi adalah pembuatan kapal phinisi di Bulukumba, ya saya sangat tertarik mengunjungi destinasi ini karena Bulukumba selain punya laut yang cantik juga punya budaya yang kental. salah satunya adalah pembuatan kapal Phinisi yang masih lestari sampai saat ini. masyarakat Bulukumba sudah sejak dahulu kala membuat Mahakarya yang sangat terkenal dan hanya dipunya di Indonesia, yaitu Phinisi.. ya Kapal ini memang bukti bahwa pelaut kita sangat tangguh, dan mungkin karena perahu inilah nenek moyang kita dikenal sebagai pelaut. sehingga ada lagunya yang sangat abadi kita dengarkan sampai sekarang.


mengunjungi Bulukumba tidaklah susah, karena perjalanan darat dari Makassar menuju kesini memakan waktu 4 sampai dengan 5 jam. ketika sampai perjalanan yang cukup melelahkan terbayar sudah dengan panorama laut yang kita bisa lihat disepanjang perjalanan menuju ketempat ini, dari kejauhan tampak kapal phinisi yang dibuat berjajar cantik. Kabupaten Bulukumba ini terletak di ujung paling selatan Semenanjung Sulawesi Selatan, atau sekitar 153 km dari selatan kota Makassar. disini kita juga bisa berinteraksi dengan masyarakat setempat yang berbudaya maritim adalah hal yang akan sangat berkesan bagi Anda nantinya.

Masyarakat Bulukumba memang sejak dahulu memiliki keahlian sebagai pembuat ulung kapal layar pinisi yang merupakan kebanggaan orang Bugis, terbukti hingga saat ini keterampilan mereka bahkan sampai dan dihargai oleh berbagai pihak dari mancanegara. ketika saya datang ada kapal pinisi yang dipesan khusus oleh orang Amerika yang sangat tertarik oleh kapal pinisi ini dan nantinya kalau sudah jadi akan dibawa ke negaranya.


Pembuatan Kapal layar Pinisi dikonstruksi menggunakan peralatan tradisional dengan teknik tradisional yang sudah di wariskan dari generasi ke generasi. ya memang keahlian mereka memang diturunkan secara turun menurun. maka tak heran pembuatan kapal pinisi hanya didaerah ini saja, jarang sekali tempat lain dijumpai pembuatan kapal tradisional ini. Pembagunan kapal layar ini tidak hanya menggunakan kekuatan dan teknik semata. Penduduk setempat percaya, kekuatan supranatural juga berada dibalik pembangunan kapal megah tersebut. Di setiap tahap pembuatan pinisi memerlukan ritual dan upacara yang harus dipatuhi.

Sebagai wisatawan yang datang ketempat ini, terus terang saya cukup tekesan. karena penduduknya yang ramah dan mereka menerima tamu dengan baik. Pak Syarifudin yang saya temui, yang juga salah satu pembuat kapal pinisi handal ini mengatakan jika pasokan kayu lancar mereka bisa menyelesaikan satu perahu dalam waktu 3 sampai 6 bulan. ya memang saat ini mencari kayu yang berkualitas baik sudah sangat susah, dan harga kapal pinisi inipun juga bervariasi. dari harga 350juta (kosong tanpa mesin) sampai dengan harga 10 milyar sudah pak Syarifudin pernah buat.


Kapal Pinisi yang sudah jadi punya ketahanan yang baik dan bisa bertahan cukup lama jika bagus merawatnya, umumnya kapal Phinisi ini bisa bertahan sampai 20 tahun. dan menjadi transportasi laut yang sangat efektif bagi perlayaran di Sulawesi, bahkan mereka berlayar dari Sulawesi sampai ke Jakarta. jika anda ingin melihat kapal kapal pinisi ini bersandar datanglah ke pelabuhan Sunda Kelapa di Kota Tua Jakarta, anda bisa melihat puas kapal pinisi ini yang berlayar dari Sulawesi.


Saya mengunjungi Bulukumba melalui perjalanan darat dari Manado ke Bulukumba dengan Tim #Terios7Wonders, Bulukumba merupakan salah satu tujuan utama kita untuk mengexplore lebih jauh Mahakarya Indonesia Kapal Phinisi. dan perjalanan kami tidak sia sia, karena Kapal Phinisi yang hanya ada di Indonesia dan buatan asli Indonesia ini merupakan kebanggaan rakyat Indonesia yang wajib terus kita lestarikan keberadaannya.

Artikel & Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

Tana Toraja land of heavenly King. #Terios7Wonders


Jika membicarakan kata Tana Toraja, kita akan teringat dengan Tongkonan. ya Tongkonan atau rumah adat Suku Tana Toraja merupakan bagian penting dari bagian hidup masyarakat Toraja, Tongkonan selain tempat tinggal juga dijadikan sebagai segala macam upacara masyarakat Toraja. baik itu upacara kematian ataupun upacara lainnya.

Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ribuan orang dan berlangsung selama beberapa hari.


Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.

Upacara pemakaman ini terkadang baru digelar setelah berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun sejak kematian yang bersangkutan, dengan tujuan agar keluarga yang ditinggalkan dapat mengumpulkan cukup uang untuk menutupi biaya pemakaman. Suku Toraja percaya bahwa kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.


Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur".

Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.

Ada tiga cara pemakaman: Peti mati dapat disimpan di dalam gua, atau di makam batu berukir, atau digantung di tebing. Orang kaya terkadang dikubur di makam batu berukir. Makam tersebut biasanya mahal dan waktu pembuatannya sekitar beberapa bulan. Di beberapa daerah, gua batu digunakan untuk meyimpan jenazah seluruh anggota keluarga. Patung kayu yang disebut tau tau biasanya diletakkan di gua dan menghadap ke luar. Peti mati bayi atau anak-anak digantung dengan tali di sisi tebing. Tali tersebut biasanya bertahan selama setahun sebelum membusuk dan membuat petinya terjatuh.


Saya mengunjungi Tongkonan Londa di Tana Toraja bareng tim #Terios7Wonders, melalui perjalanan darat dari Manado dan singgah ke Tana Toraja. ketika sampai di Tongkonan Londa, kita merasakan pengalaman seru..yaitu menginap di rumah Tongkonan, ya rumah adat ini banyak anggapan angker bagi banyak orang. karena keluarga jarang menempati rumah Tongkonan, dan biasanya hanya digunakan untuk menyimpat mayat keluarga dan upacara upacara adat. ternyata anggapan angker terbukti salah, tidur di dalam Tongkonan sangat nyaman dan sejuk. merupakan pengalaman yang menyenangkan bisa tidur didalam Tongkonan, tidak salah jika Tana Toraja menjadi destinasi pilihan #Terios7Wonders yang wajib disinggahi untuk diexplore kebudayaannya yang kaya.

Artikel & Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma

Sarung Tenun Sutra Mandar yang Eksotis. #Terios7Wonders

Indonesia punya banyak kekayaan budaya, salah satu kekayaan budaya itu salah satunya adalah kain tradisional yang diwariskan oleh nenek moyang turun menurun. kalau di Jawa mungkin kita sangat mengenal batik, tetapi di Pulau Sulawesi juga terkenal akan kain tenun tradisionalnya. ada satu daerah yang sangat dikenal akan Kain Tenun Sutranya yaitu daerah Polewali Mandar di Sulawesi Barat.

Kabupaten Polewali Mandar punya keindahan pantai dan alamnya yang mempesona, dibalik keindahan alam tersebut etnis Mandar juga memiliki seni budaya seindah pesona alamnya. dari tangan halus kaum wanitanya tercipta salah satu karya Mandar yang luar biasa yaitu Saqbe Lipaq atau lebih dikenal dengan Sarung Tenun Sutra Mandar.


Ciri khas dari Sarung tenun sutra Mandar ialah memiliki warna–warna cerah atau terang seperti merah, kuning dengan desain garis geometris yang lebar. Meskipun memiliki pola sederhana namun benang perak dan emas yang menjadi bahan dasar kain sutra ini menjadikan Sarung tenun sutra Mandar terlihat indah dan istimewa. ketika saya rasakan memang kain tenun sutera dari Polewali Mandar ini istimewa, terbukti ada kain sutera yang bisa dilipat dan bisa dimasukkan kedalam botol karena saking tipis dan halusnya.

Dikenal sebagai salah satu produk sutra yang paling halus di Nusantara, Sarung Tenun Sutra Mandar bukanlah kain yang dapat dikenakan untuk sehari-hari. ya memang kain tenun sutera ini diwarnai oleh pewarna alami, sehingga tidak boleh dicuci dan ketika dibersihkan hanya dikeringkan saja. kain Tenun Sutera Polewali Mandar umumnya memang dipakai untuk upacara adat atau upacara kebesaran. Seperti halnya kain Ulos milik suku Batak di Sumatera Utara yang hanya digunakan pada acara tertentu saja. Sarung Tenun Sutra Mandar pun hanya dikenakan pada acara-acara tertentu misalnya pernikahan, upacara keagamaan dan kadang-kadang untuk shalat Jumat di masjid.


Kain Sutera Mandar atau Lipaq Saqbe saati ini masih diproduksi dengan metode konvensional sehingga untuk menghasilkan selembar Saqbe Lipaq dapat memakan waktu 2 sampai 3 minggu, bahkan berbulan-bulan tergantung pada kesulitan motifnya. sayangnya para penenun tradisional ini mempunyai kesulitan untuk memasarkan produknya. karena Kabupaten Polewali Mandar ini baru saja menghilangkan predikat daerah tertinggal, sehingga belum banyak masyarakatnya yang mampu membeli kain tradisional ini dengan harga yang layak. 


Walaupun menurut saya kain Sutera Mandar ini punya kualitas yang sangat baik, tetapi harganya juga cukup terjangkau. karena harga Kain Sarung Tenun Sutra Mandar ini mulai dihargai dari Rp100.000,- hingga Rp500.000,- per helainya. Untuk bisa medapatkan kain ini ketika berkunjung ke Sulawesi Barat, datanglah ke Desa Pambusuang, Kabupaten Polewali Mandar dimana terdapat pusat Kain Sarung Tenun Sutra Mandar. Di Desa Pambusuang ini, penduduknya rata-rata bekerja menenun sarung tenun Sutra Mandar di rumah mereka masing-masing.

Saat ini hanya beberapa wanita muda yang meneruskan tradisi menenun sutera Polewali Mandar, walaupun mereka masih berjuang untuk menjual dan memasarkan produk mereka. mari kita menjaga dan melestarikan Tenun Sutera Polewali Mandar ini dengan membeli produk mereka, kalau bukan kita yang menjaga siapa lagi yang akan menjaga tradisi budaya kita.


Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage.


Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat merupakan salah satu destinasi budaya yang kita singgahi di #Terios7Wonders pada saat Keliling Sulawesi, Kabupaten ini terpilih karena kekayaan budayanya terutama kain Sutra Mandar yang makin lama kian menghilang. dengan tujuan mengexplore dan melestarikan budaya Indonesia, semoga dengan adanya sharing informasi ini budaya ini terjaga dan lestari keberadaannya sepanjang waktu.

Artikel & Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma


Kampung Bajo Torosiaje tak lekang dimakan jaman. #Terios7Wonders



Disisi Barat Kota Gorontalo terdapat sebuah kampung Suku Bajo yang berdiri di atas permukaan laut, yang unik Kampung Suku Bajo Torosiaje ini ternyata berdiri sejak 1901. Suku Bajo sejak dahulu kala dikenal sebagai pelaut tangguh, karena mereka identik tinggal dirumah yang berdiri diatas laut. sehingga konon jika mereka berada berlama lama didarat akan mabuk darat.

Memang Kampung Suku Bajo Torosiaje ini untuk memasuki kawasan ini harus menggunakan perahu, tidak ada akses jalan darat menuju kampung ini. jika ingin mengunjungi Kampung Torosiaje ini kita harus memarkir kendaraan diparkiran dermaga dan kita harus berjalan di dermaga Torosiaje, disini pengunjung akan disambut ojek perahu yang banyak bersandar di dermaga.


Ketika kita naik ke perahu yang mengasyikkan adalah berkeliling di sela-sela rumah di Torosiaje. menyusuri perahu bersampan ibarat menyusuri gang-gang sempit permukiman di Jakarta dengan perahu. bedanya disini agak bersih tidak seperti Jakarta yang sebagian kotor oleh sampah.

yang unik lainnya rumah-rumah di Torosiaje berupa rumah panggung yang semuanya berbahan kayu. Setiap rumah terhubung dengan koridor yang menjadi jalan utama selebar 2 meter dan panjangnya 2,2 kilometer berpola huruf ”U”. memang kalau kita melihat dari darat atau dermaga tidak akan terlihat letter U ini. beruntung saya membawa drone helicam sehingga bisa terlihat jelas huruf U dari atas.


Dalam sejarah yang diceritakan secara turun-temurun, toro dalam bahasa Bajo adalah ’tanjung’ dan siaje merupakan julukan kepada seseorang yang berarti ’si aje’ (si haji). Artinya, Torosiaje adalah tanjung yang ditemukan oleh seorang pria bergelar haji dan dipanggil siaje, saat itu. Awal berdirinya Kampung Torosiaje hanya terdapat puluhan jiwa.

Kalau anda ingin mengexplore lebih budaya Suku Torosiaje ini lebih baik anda menginap disini, karena dikampung ini sudah ada beberapa penginapan khusus untuk wisatawan. penginapan ini cukup nyaman, dan warung warung yang berada dikampung ini juga menyediakan makanan seafood ataupun nasional. yang membuat saya amazed ternyata mereka jago jago masak lho.


Saya bertanya kepada bapak Pratama salah satu tokoh desa yang cukup disegani, mereka Suku Bajo sudah menerima perkembangan dari luar. bahkan sebagian mereka yang berhasil punya lahan didarat, tetapi kenapa mereka tidak tempati. mereka lebih nyaman tinggal dirumah atas laut, selain bebas polusi & suasana yang tenang. ternyata sebagian besar Suku Bajo yang sudah mencoba hidup didarat melakukan kegiatan berkebun dan bercocok tanam, mereka tidak berhasil dan memang nyamannya dilaut mencari ikan.

Historisnya mereka memilih rumah diatas laut, karena alasan praktis membawa perbekalan ketika melaut. dan anak anak suku Bajo ini juga setiap hari adalah berenang dilaut, karena mereka tidak punya halaman untuk bermain. bagi mereka taman bermain mereka adalah laut dan laut.


Kini Kampung Bajo Torosiaje menjelma menjadi perkampungan wisata yang elok dan menampilkan pesona lain dari Gorontalo, jika anda ingin merasakan kehidupan Suku Bajo. harus singgah dan berwisata ke Kampung ini.

Terios 7 Wonders Amazing Celebes Heritage.

Saya mengunjungi Kampung Bajo Torosiaje ini karena beruntung mengikuti Terios 7 Wonders yang diadakan oleh Daihatsu Terios Roadtrip selama 14 hari nonstop mengexplore dan mengenalkan alam budaya Sulawesi habis2an, program Terios 7 Wonders ini mengambil tema Amazing Celebes Heritage. salah satu lokasi budaya yang dikunjungi adalah Kampung Bajo Torosiaje.


Artikel & Photography oleh Barry Kusuma (Travel Photographer).
www.alambudaya.com (Travel and Photography, Travel Journey from Barry Kusuma.)
http://instagram.com/barrykusuma (Inspiring Photos through the Lens)
www.barrykusuma.com (Gallery Foto, dari Sabang sampai Merauke)
Follow my Twitter for Free Travel Tips @BarryKusuma